Popular Post

Recent post

Archive for 2014

17 SEPTEMBER 2014

- Memasang jaringan di rumah KASAT POLPP

17 SEPTEMBER 2014

15 SEPTEMBER 2014

- Memasang acces poin di SMPN 4 Lubuksikaping

15 SEPTEMBER 2014

11 SEPTEMBER 2014

- Menginstall laptop guru pelatihan di Wisma Murni

11 SEPTEMBER 2014

10 SEPTEMBER 2014

- Memasang Hub di kantor Wali nagari Tanjung Beringin

10 SEPTEMBER 2014

09 SEPTEMBER 2014

- Memasang jaringan di Kantor Wali Nagari Tanjung Beringin

09 SEPTEMBER 2014

05 SEPTEMBER 2014

- Memasang Hap di DPRD dan mengganti kabel

05 SEPTEMBER 2014

04 September 2014

- fotocopy bagian ke sembilan retribusi pengendalian menara telekomunikasi
-mengscanner bagian yang di fotocopy
-mengantarkan buku/dokumen bagian kesembilan retribusi pengendalian menara telekomunikasi kepada pak   budi di bagian pendapatan.

04 September 2014

 28 AGUSTUS 2014

- Memasang jaringan internet di kantor SKB

28 AGUSTUS 2014

26 AGUSTUS 2014

- Mensetting Ip addres di ruangan HUMAS

26 AGUSTUS 2014

25 AGUSTUS 2014

- Memasang jaringan di kantor SDM
- Memasang jaringan Di Rumah Dinas SEKDA

25 AGUSTUS 2014

21 AGUSTUS 2014

- Mencek ip addres di ruangan BAPEDA

21 AGUSTUS 2014

20 AGUSTUS 2014

-Mensetting IP di ruangan BAPEDA

20 AGUSTUS 2014

ASAL PERTAMA MANUSIA
Terdapat dua versi dalam sejarah pertama asal muasal manusia

Veris Pertama 
  Perdebatan akan asal-usul manusia atau bahkan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini masih menjadi tanda tanya besar dan diskusi panjang yang tiada habisnya. Beberapa teori ilmiah telah mencoba untuk menjawab itu semua. Akan tetapi terus mengalami keraguan dan kesangsian setelah diuji seiring perubahan waktu yang menjadikannya tidak dapat diterima lagi. Salah satunya adalah teori evolusi yang ditelorkan oleh Darwin. Konsep kehidupan yang, menurutnya, berawal dari satu spesies hingga memunculkan beragam makluk hidup seperti sekarang ini. Termasuk adanya manusia sebagai makluk yang paling cerdik.
Disisi lain, sejarah penciptaan manusia sebenarnya telah melegenda. Berawal dari satu manusia laki-laki dan satu manusia perempuan yaitu Adam dan Hawa. Sebagaimana diinfomasikan oleh dogma agama-agama besar (Yahudi, Nasrani dan Islam). Hingga pada abad ini telah melahirkan (memunculkan) lebih dari 6 miliar manusia. Tersebar di segala penjuru dunia. Dari cerita ini, banyak manusia yang percaya begitu saja, walaupun memang ada hal-hal yang sedikit tidak masuk akal. Penjelasan singkat dan ringkas yang dianggap cukup dan tidak adanya kekritisan umat dalam beragama.
Diantaranya ialah bahwa Adam diciptakan oleh Tuhan dari tanah liat yang dibentuk semisal sebuah boneka. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh. Maka jadilah Adam manusia dewasa yang hidup seketika itu juga. Selanjutnya di tempatkan di dalam surga. Tapi Adam merasa kesepian karena hanya seorang diri. Maka Tuhan pun menjadikan calon istrinya – Hawa. Caranya, Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Dari tulang rusuk Adam itulah kemudian tercipta Hawa sebagai manusia dewasa yang hidup.
Tak heran, cerita akan hal itu semua bertebaran dengan sangat bebas dan beragama. Mulai dari yang bersifat doktrin, tafsir, dongeng, legenda hingga pada penelusuran yang bersifat ilmiah. Dibandingkan dengan berbagai makhluk lainnya, manusia memang sangat istimewa. Manusia yang benar-benar menjadi aktor utama dalam kehidupan di jagat raya ini. Pemimpin kolektif atas segala fasilitas kehidupan yang telah tersedia secara ajaib di planet yang sangat istimewa pula ini.
Dalam serial diskusi tasawwuf modern kali ini, Agus Mustafa kembali mengahadirkan buku yang sangat (selalu) kontrovesial. Tidak main-main, beliau memberikan nama judul bukunya dengan “Ternyata Adam Dilahirkan”. Menjadikan simpang siur pemahaman tentang penciptaan Adam meskipun sama-sama bersumber pada Al-Qur’an (kita suci umat Islam). Menurut penulis buku ini, kebanyakan umat Islam tidak mengambil ayat-ayat Al-Qur’an secara utuh dan holistik yang akhirnya memunculkan pemahaman yang sepotong-potong.
Pembahasan di dalam buku ini, Agus Mustafa, mengajak seluruh pembaca untuk kembali membuka tirai gelap proses penciptaan Adam dan Hawa yang juga tertuang dalam Al-Qur’an. Dengan harapan tidak bersikap apriori terlebih dahulu terhadap sudut pandang baru (”negatif”) dalam memahami hal ini. Pemahaman akan Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi seraya dibuktikan pula dengan penemuan-penemuan ilmiah termuktahir yang selama ini justru diperoleh oleh ilmuwan-ilmuwan non-muslim.
Tidak dapat terelakkan lagi memang, perdebatan sengit seputar asal-usul kehidupan makhluk hidup tidak akan pernah padam sepanjang sejarah manusia masih terus berlangsung. Akan tetapi setidaknya akan terus hanya terdapat dua kelompok besar dalam hal ini. Pertama adalah kelompok agamawan dan yang kedua adalah kelompok ilmuwan. Pada masing-masing kelompok juga tentunya terbagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Dikalangan umat Islam sendiri misalnya, juga masih belum ada kesepakatan tentang hal ini. Secara umum, kebanyakan umat Islam memiliki pandangan bahwa Allah menciptakan manusia pertama dari tanah dengan mengucapkan “kun“. Maka seketika itu pula terciptalah Adam. Sedangkan Hawa (istrinya) diciptakan dari tulang rusuk dari dirinya yang kemudian diucapkan pula oleh Allah “kun“.
Padahal, hasil penelusuran penulis buku ini, Al-Qur’an tidak pernah menyebut bahwa Adam sebagai manusia pertama dan Hawa manusia kedua yang diciptakan setelah Adam. Banyak ayat dalam Al-Qur’an jutsru memberi indikasi kuat bahwa Adam dan Hawa adalah salah satu dari sekian banyak species manusia yang telah ada pada waktu itu. Misalnya dalam QS. Al-A’Raaf (7) ayat 10-11. begitu pula dalam QS. Ali Imran (3) ayat 33 dan masih banyak lagi dalam beberapa ayat-ayat lainnya.
Dari sini, sesungguhnya para pembaca kembali digugah kekritisannya dan juga dituntut untuk terus mendiskusikan akan asal usul pencipataan manusia sebagaimana Al-Qur’an telah memberikan “sinyal-sinyal” yang tentunya menjadikan penasaran berat. Dan yang menarik, perkembangan ilmu pengetahuan manusia semakin lama semakin mendekati “tirai pembatas” kaburnya sejarah manusia itu sendiri.
Sebagaimana sejarah penciptaan manusia sendiri ternyata telah terekam dalam DNA sebagai penyusun genetikanya. Dari sanalah misteri penciptaan “manusia pertama” akan mulai terbongkar kembali. Dengan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak ada keranguan didalamnya serta dukungan hasil penelitian ilmiah termuktahir, manusia bakal bertemu dengan sebuah surprise tentang sejarah “drama superkolosal” di planet biru ini.
Versi Kedua
Catatan dari ‘Eden In The East, The Drowned Continent’ karya Stephen OppenheimerPara ahli sejarah umumnya berpendapat bahwa Asia Tenggara adalah kawasan ‘pinggir’ dalam sejarah peradaban manusia. Dengan kata lain, peradaban Asia Tenggara bisa maju dan berkembang karena imbas-imbas migrasi, perdagangan, dan efek-efek yang disebabkan peradaban lain yang digolongkan lebih maju seperti Cina, India, Mesir, dan lainnya. Buku Eden In The East yang ditulis Oppenheimer seolah mencoba menjungkirbalikkan pendapat meinstream tersebut.
Oppenheimer mengemukakan pendapat bahwa justru peradaban-peradaban maju di dunia merupakan buah karya manusia yang pada mulanya menghuni kawasan yang kini menjadi Indonesia. Oppenheimer tidak main-main dalam mengemukakan pendapat ini. Hipotesisnya disandarkan kepada sejumlah kajian geologi, genetik, linguistik, etnografi, serta arkeologi.Gagasan diaspora manusia dari kawasan Asia Tenggara dicoba untuk direkonstruksi dari peristiwa di akhir zaman es (Last Glacial Maximum) pada sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, permukaan laut berada pada ketinggian 150 meter di bawah permukaan laut di zaman sekarang. Kepulauan Indonesia bagian barat, masih menyatu dengan benua Asia sebagai sebuah kawasan daratan maha luas yang disebut Paparan Sunda.
Ketika perlahan-lahan suhu bumi memanas, es di kedua kutub bumi mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga timbul banjir besar. Penelitian oseanografi menunjukan bahwa di Bumi ini pernah tiga kali terjadi banjir besar pada 14.000, 11.000, dan 8.000 tahun yang lalu. Banjir yang terakhir adalah peristiwa yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut hingga setinggi 8-11 meter dari tinggi permukaan asalnya. Banjir tersebut mengakibatkan tenggelamnya sebagian besar kawasan Paparan Sunda hingga terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang kini kita kenal sebagai Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali.
Oppenheimer mengemukakan bahwa saat itu, kawasan Paparan Sunda telah dihuni oleh manusia dalam jumlah besar. Karena itulah, menurutnya, hampir semua kebudayaan dunia memiliki tradisi yang mengisahkan cerita banjir besar yang menenggelamkan sebuah daratan. Kisah-kisah semacam banjir Nabi Nuh as, olehnya dianggap sebagai salah satu bentuk transfer informasi antar generasi manusia tentang peristiwa mahadahsyat tersebut.
Menurut Oppenheimer, setelah terjadinya banjir besar tersebut, menusia mulai menyebar ke belahan bumi lainnya. Oppenheimer menyatakan bahwa hipotesisnya ini disokong oleh rekonstruksi persebaran linguistik terbaru yang dikemukakan Johanna Nichols. Nichols memang mencoba mendekonstruksi persebaran bahasa Austronesia. Sebelumnya, Robert Blust (linguis) dan Peter Bellwood (arkeolog) menyatakan bahwa persebaran bahasa-bahasa Austronesi a berasal dari daratan Asia ke Formosa (Taiwan) dan Cina Selatan (Yunnan) sebelum sampai ke Filipina, Indonesia, kepulauan Pasifik dan Madagaskar. Nichols menyatakan konstruksi yang terbalik di mana bahasa-bahasa Austronesia menyebar dari Indonesia-Malaysia ke kawasan-kawasan lainnya dan menjadi induk dari bahasa-bahasa dunia lainnya.
Oppenheimer berkeyakinan bahwa penduduk Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dewasa ini adalah keturunan dari para penghuni Paparan Sunda yang tidak hijrah setelah tenggeamnya sebagian kawasan tersebut. Dengan kata lain, ia hendak mengemukakan bahwa persebaran manusia di dunia berasal dari kawasan ini.
Pendapatnya ia perkuat dengan mengemukakan analisa tentang adanya kesamaan benda-benda neolitik di Sumeria dan Asia Tenggara yang diketahui berusia 7.500 tahun. Kemudian ciri fisik pada patung-patung peninggalan zaman Sumeria yang memiliki tipikal wajah lebar (brachycepalis) ala oriental juga memperkuat hipotesis tersebut.
Oppenhimer juga yakin bahwa tokoh dalam kisah Gilgamesh yang dikisahkan sebagai satu-satunya tokoh yang selamat dari banjir besar adalah karakter yang sama dengan Nabi Nuh as dalam kitab Bible dan Qur’an yang tak lain adalah karakter yang berhasil menyelamatkan diri dari banjir besar yang menenggelamkan paparan Sunda. Legenda Babilonia tua mengisahkan pula kedatangan tujuh cendekiawan dari timur yang membawa keterampilan dan pengtahuan baru. Kisah yang sama terdapat pula di dalam India kuno di Hindukush. Varian legenda semacam ini pun ternyata tersebar di kepulauan Nusantara dan Pasifik.
Oppenheimer lebih lanjut mengemukakan bahwa kisah yang serupa dengan kisah penciptaan Adam dan Hawa serta pertikaian Kain dan Abel (Qabil dan Habil) ternyata dapat ditemukan di kawasan Asia Timur dan Kepulauan Pasifik. Misalnya orang Maori di Selandia Baru, menyebut perempuan pertama dengan nama ‘Eeve’. Kemudian di Papua Nugini, kisah yang serupa dengan Kain dan Abel ada dalam wujud Kullabop dan Manip. Tradisi-tradisi di kawasan ini juga mengemukakan bahwa manusia pertama di buat dari tanah lempung yang berwarna merah.
Atas dasar berbagai hipotesis tersebut pula, Oppenheimer meyakini bahwa Taman Eden yang disebut-sebut dalam Bible ada di Paparan Sunda. Berbicara tentang Hipotesis Oppenheimer ini, saya juga jadi teringat salah satu ayat dalam Kitab Genesis yang dengan jelasmenyebut bahwa Eden ada di Timur. Mungkinkah Taman Eden memang berlokasi di Indonesia? Dan Manusia Pertama pun ditempatkan Tuhan di Indonesia.

ASAL PERTAMA MANUSIA

Bendera Cuma Naik Setengah Tiang

DETIK-DETIK PROKLAMASI DI BEBERAPA PROVINSI — PADANG – Peringatan detik-detik Proklamasi, Minggu (17/8) di berbagai wilayah Indonesia berlangsung lancar dan khidmat. Walau demikian, di sejumlah daerah sempat diwarnai insiden kecil dan kesalahan teknis, seperti di Sumbar, Gorontalo, Medan dan Aceh Barat.DIBANTU
Di halaman kantor Gubernur Sumatera Barat, terjadi gangguan saat menaikkan Bendera Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Begitu lagu Indonesia Raya usai dikumandangkan, ternyata bendera masih setengah tiang, tak bisa naik lagi.
Yang membuat pilu para remaja yang dipercaya menjadi pasukan pengibar bendera (Paskibra) menangis, meraung, bahkan ada yang pingsan. Ini gara-gara PNS yang mengurus tiang bendera tak bekerja maksimal. “Dek apak tu lalai, anak urang nan jadi korban,” kata seorang PNS.
Bendera Merah Putih tasakek di tengah tiang itu, kontan menjadi perhatian para peserta upacara, termasuk panitia dan anggota Paskibra. Bahkan, dua orang senior Paskibra yang bersafari langsung menuju tiang bendera untuk ikut memperbaiki bendera, untuk dikibarkan kembali hingga sempurna.
“Ini adalah kesalahan teknis, bukan kesalahan anak-anak kita. Mereka sudah melaksanakan tugas dengan baik, tapi ini perlu dievaluasi untuk diperbaiki ke depan,” pesan Gubernur Irwan Prayitno usai upacara.
Untuk itu Irwan berharap panitia dan pelatih benar-benar dapat membantu Paskibra untuk mengurangi kesalahan. “Ini kesalahan teknis tiang bendera tidak disiapkan sebaik-baiknya oleh panitia, sehingga ada tali yang terlilit dan mengganggu saat penarikan bendera,” tambahnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat, Ali Asmar meminta kejadian tersebut jangan pula dikait-kait dengan hal yang tidak masuk akal. Apalagi dikaitkan dengan kejadian-kejadian yang di luar kemampaun manusia.
“Ini murni insiden, jangan dikait-kaitkan pula dengan 2015 nanti ya. Sekarang biarkan anak-anak kita itu tenang dulu,” pinta Ali Asmar kepada Singgalang.
Prosesi upacara bendera tersebut semula cukup khidmad. Mulai dari amanat, sampai menyanyikan lagu Indonesia Raya dimulai. Bahkan, salah seorang peserta sempat berucap Alhamdulillah, ketika melihat posisi bendera tepat, merah di atas, putih di bawah. “Alhamdulillah,” desis Nini (45) pegawai Dispora Sumbar.
Namun, petaka itu datang setelah penggerekan bendara dimulai. Semula pasukan yang menggerek bendera sepertinya tidak ada masalah. Hanya saja begitu lagu Indonesia Raya habis dikumandangkan ternyata bendara masih setengah tiang. Kemudian mereka berupaya memperbaiki, dibantu dua senior. Menarik kembali ke bawah diperbaiki, kemudian kembali digerek hingga sempurna. Kejadian itu setidaknya berlangsung hingga 10 menit.
Informasi yang diperoleh dari beberapa senior Paskibra, pasukan mengalami kesulitan untuk menarik bendera sampai ke puncak. Karena tali penariknya terpilin ditiup angin.
Menangis
Usai pasukan dibubarkan, kondisi justru makin panik. Para panitia dan pasukan sontak terisak-isak. Sebagian tak sanggup menahan tangis, hingga pecah. Saling berpelukan, hingga akhirnya mereka menenangkan diri ke escape building kantor gubernur, dan diberikan bantuan perawatan darurat berupa terapi.
Lama juga mereka bersedih. Ada yang tidak sanggup menahan diri. Bahkan, satu siswa pembawa baki malah pingsan, kemudian dilarikan ke rumah sakit.
Seleksi
Siswa yang menjadi Paskibra di Kantor Gubernur Sumbar merupakan pilihan dari kabupaten/kota. Mereka diseleksi dari sekolah-sekolah, kemudian diutus ke provinsi. Setelah dilatih selama 16 hari di provinsi, mereka kemudian bertugas untuk melaksanakan upacara detik-detik Proklamasi 17 Agustus dan upacara penurunan bendera sore harinya.
Pasukan ini terdiri dari 54 orang siswa, ditambah dengan pasukan pengawal sebanyak 45 orang. Pasukan pengawal ini berasal dari TNI dan Polri.
Gorontalo
Insiden saat peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus 2014 tidak hanya terjadi di Sumatera Barat, tetapi juga di sejumlah daerah, antara lain Gorontalo, Aceh Barat dan Medan. Bahkan di Istana Negara juga diwarnai hampir jatuhnya seorang anggota Paskibraka.
Di Gorontalo, kasusnya sama dengan di Sumbar. Bendera hanya mampu naik setengah tiang saja. Insiden itu terjadi ketika anggota Paskibra yang tengah menaikkan bendera, tak mampu mengantarkan bendera hingga hingga ke puncak tiang di halaman rumah dinas gubernur. Penyebabnya diduga tali bendera yang tersangkut di katrol, sehingga bendera tak mampu dinaikkan.
Melihat situasi tersebut, Paskibra kemudian menurunkan kembali bendera dan melipatnya, agar penghormatan bendera selesai dilakukan. Paskibra kemudian menaikkan bendera yang kedua kalinya dan tak lagi diiringi lagu Indonesia Raya serta tanpa penghormatan.
Upaya kedua pun tetap tidak berhasil, meski Dandim 1304 Gorontalo Letkol Inf. Blasius Popilus turun langsung mendampingi pengibaran bendera.
Sebagaimana dikutip republika.co.id, menghindari tali terputus dan bendera jatuh ke tanah, Paskibra memutuskan menghentikan upaya pengibaran dan membiarkan bendera berkibar setengah tiang.
Atas insiden tersebut, Dandim meminta maaf kepada seluruh pihak yang hadir, serta kepada masyarakat Gorontalo. “Tak ada pihak yang harus disalahkan, sepenuhnya ini adalah kesalahan saya,” ungkapnya.
Gagalnya pengibaran bendera tersebut membuat para anggota Paskibra menangis usai upacara.
“Saya Letkol Infanteri Blasius Popilus Dandim 1304 selaku koordinator lapangan upacara HUT Proklamasi minta maaf atas insiden yang terjadi,” ucapnya dengan penuh tanggung jawab usai upacara.
Ia justru memuji sikap anggota Paskibra yang dengan gagah telah melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. “Jika ada yang harus disalahkan, maka sayalah orangnya. Saya bertanggung jawab atas insiden ini,” ujarnya dan mendapat tepukan tangan peserta serta undangan yang hadir.
Sementara itu Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan tak ada yang patut disalahkan. “Ini faktor teknis dan alam saja. Saya yakin tidak ada yang menginginkan insiden seperti ini terjadi. Saya juga percaya semua sudah melakukan yang terbaik,” ungkapnya.
Aceh Barat
Insiden hampir sama terjadi pula di Lapangan Teuku Umar, Meulaboh, Aceh Barat, Naggroe Aceh Darussalam. Bendera yang baru dinaikkan setinggi satu meter oleh anggota Paskibra sempat diturunkan kembali hingga dua kali karena tali melilit. Namun, karena tali yang melilit sulit diperbaiki, akhirnya bendera dinaikkan dengan kondisi seperti itu saja.
Bupati Aceh Barat TH Alaidin Syah yang menjadi inspektur upacara, menilai insiden kecil itu merupakan hal yang biasa, hanya kesalahan teknis.
Menurut dia, peristiwa itu tidak mengurangi kekhidmatan upacara peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan RI di Bumi Teuku Umar itu. “Itu karena petugasnya tadi gugup. Padahal, kita sudah mempersiapkan latihan Paskibra jauh hari sebelumnya,” kata Alaidin kepada wartawan seusai upacara.
Alaidin yang dikutip Kompas.com mengaku, tidak hanya anggota paskibra yang merasa gugup, dirinya pun merasakan hal serupa.
Kapolres Aceh Barat AKBP Faisal Rivai mengatakan, bendera yang diturunkan hingga dua kali itu bukanlah sebuah insiden, melainkan kesalahan teknis yang dialami paskibra. “Kalau insiden itu, bendera putus atau sobek sehingga bendera tidak berhasil dikibarkan,” katanya.
Kendati demikian, Faisal berharap peristiwa ini menjadi catatan dan pembelajaran bagi Paskibra ke depan agar kejadian serupa tidak terulang.
Medan
Beda dengan di Sumbar, Gorontalo dan Aceh Barat, upacara peringatan detik-detik Proklamasi kemarin diwarnai dengan terlepasnya rok seorang anggota Paskibra di Lapangan Merdeka Medan. Insiden itu terjadi setelah tim Paskibra akan kembali ke posisi awal di sisi kanan pendopo.
Terlihat secara jelas rok perempuan tersebut nyaris lepas. Siswi yang diketahui bernama Dhea S Siregar asal Kabupaten Serdangbedagai ini terus memegang rok sambil berjalan agar tak terus melorot. Namun stocking berwarna putih yang ia kenakan sudah terlihat secara jelas.
Seorang ibu yang menonton proses upacara pengibaran bendera tersebut mengaku bingung mengapa hal tersebut bisa terjadi. “Kok bisa ya,” ujarnya heran, kepada Tribun Medan, kemarin.
Walaupun peristiwa tersebut cukup membuat heboh masyarakat, namun menurut wanita yang membawa serta keluarganya tersebut mengaku hal itu bisa saja terjadi. “Namanya juga lagi nahas. Tapi aku pun tak tau kok bisa kaya gitu,” ujar wanita yang sebelumnya ikut berebutan dengan warga untuk menyalami Gubernur Sumut, Gatot Purwo Nugroho.

PENGIBARAN SANG MERAH PUTIH

Sejarah Pasaman

Pasaman terbagi menjadi 2 yaitu Pasaman Barat Dan Pasaman Timur
nah inilah sejarah singkatnya Pasaman,

Kabupaten Pasaman adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ib kota kabupaten ini terletak di Lubuk Sikaping. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.947,23 km² dan berpenduduk sebanyak 252.981 jiwa menurut sensus penduduk tahun 2010.
Seperti wilayah Indonesia lainnya, Sumatera Barat, khususnya Pasaman pernah dikuasai oleh kolonial Belanda. Perang melawan penjajahan Belanda di Pasaman dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol yang dikenal dengan Perang Paderi (1821-1830). Karena terlalu banyak permasalahan di kubu Tuanku Imam Bonjol menyebabkan beliau dan pengikutnya mengalami kekalahan melawan Belanda.
Sumber pendapatan utama kabupaten Pasaman berasal dari subsektor tanaman pangan. Mesti demikian, Kabupaten Pasaman lebih dikenal karena produksi kelapa sawitnya. Pada tahun 2000, produksi kelapa sawit di kabupaten Pasaman tercatat sebanyak 788.446 ton. Jumlah tersebut dipanen dari areal seluas 78.387 hektare. Di samping kelapa sawit, kabupaten Pasaman juga dikenal akan produksi minyak nilamnya. Minyak nilam yang dihasilkan Pasaman, selain yang dihasilkan Kepulauan Mentawai, merupakan yang terbaik di dunia.


Pada Zaman kolonial Belanda kabupaten  pasaman termasuk afdeling Agam, afdelling ini di kepalai oleh Asisten Residen pada zaman Belanda Dahulunya yaitu afdelling Agam, nah afdelling Agam ini di bagi lagi menjadi 4 onder afdelling yaitu:
  1. Agam Tuo 
  2. Maninjau 
  3. Lubuk Sikaping 
  4. Ohpir
Setiap onder afdeling dikepalai oleh seorang Contreleur, setiap contreleur dibagi lagi menjadi Distrik. Tiap Distrik dikepalai oleh seorang Demang (Kepala Pemerintahan), setiap Distrik dibagi lagi menjadi Onder Distrik (Asisten Demang). Onder Afdeling Lubuk Sikaping terdiri dari Distrik Lubuk Sikaping dan Distrik Rao. Onder Afdeling Ophir terdiri dari Distrik Talu dan Distrik Air Bangis.

* Distrik Lubuk Sikaping terdiri dari
  • Onder Distrik Lubuk Sikaping
  • Onder Distrik Bonjol
* Distrik Rao Mapat Tunggul terdiri dari
  • Onder Distrik Rao
  • Onder Distrik Silayang
* Distrik Talu terdiri dari
  • Onder Distrik Talu
  • Onder Distrik Suka Menanti
* Distrik Air Bangis terdiri dari
  • Onder Distrik Air Bangis
  • Onder Distrik Ujung Gading
Sesudah kemerdekaan Onder Afdeling Agam Tuo dan Maninjau digabung menjadi Kabupaten Agam dan Onder Afdeling Lubuk Sikaping dan Ophir dijadikan satu susunan pemerintahan menjadi Kabupaten Pasaman dengan dibagi menjadi 3 Kewedanaan yaitu :
  1. Kewedanaan Lubuk Sikaping
  2. Kewedanaan Talu
  3. Kewedanaan Air Bangis
dengan pusat pemerintahan Kabupaten Pasaman di Talu. Pada Agustus 1947 sewaktu Basyrah Lubis menjadi Bupati maka ibu kota Kabupaten Pasaman dipindahkan ke Lubuk Sikaping.
Untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam percepatan pelayanan pemerintahan, maka wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pasaman dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah pemerintahan kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-Undang No: 36 Tahun 2003, yaitu Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.


Hari Jadi Pasaman

Melihat dari perkembangan pembentukan Kabupaten Pasaman dari zaman Belanda hingga zaman Kemerdekaan, maka dibentuk suatu Tim untuk merumuskan hari jadi Kabupaten Pasaman. Dengan mengacu pada perkembangan sejarah, dalam menjalankan roda pemerintahan, pernah dikeluarkan keputusan Residen Sumatera Barat No. R.I/I tanggal 8 Oktober 1945 menetapkan sebagai berikut :
- Luhak Kecil Talu : Abdul Rahman gelar Sutan Larangan.
Mengacu pada keputusan tersebut, Tim yang dibentuk merumuskan dan DPRD Kabupaten Pasaman mengeluarkan keputusan No.11 /KPTS /DPR/PAS/ 1992 tanggal 22 Pebruari 1992 dilanjutkan surat keputusan Bupati Kabupaten Pasaman no. 188.45/81/BUPAS/1992 tanggal 26 Pebruari 1992 ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Pasaman pada tanggal 8 Oktober 1945.

Sejarah Pasaman

18 AGUSTUS 2014

- Mensetting Ip Addres di HUMAS

18 AGUSTUS 2014

15 AGUSTUS 2014

- Mencek jaringan di Perpustakaan Daerah.
- Memasang Swich di Dinas Perizinan.

15 AGUSTUS 2014

14 AGUSTUS 2014

- Mencek jaringan di ruangan SEKDA.
- Mencek jaringan di kantor SDM.

14 AGUSTUS 2014

13 AGUSTUS 2014

 - Memasang jaringan dan swich di kantor Dispora

13 AGUSTUS 2014

12 AGUSTUS 2014

 - Mencek jaringan di HUMAS
 - Memperbaiki jaringan di Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja

12 AGUSTUS 2014

07 AGUSTUS 2014

- Mencek jaringan di ruangan Sekda
- Menginstall laptop wartawan

07 AGUSTUS 2014

25 JULI 2014

- Mengantarkan komputer ke LPSE

25 JULI 2014

23 juli 2014

-Memasang jaringan TP-LINK di kantor Pertambangan dan Energi

23 JULI 2014

Kisah Suku Minangkabau

Minangkabau atau yang biasa disingkat Minang adalah kelompok etnik Nusantara yang berbahasa dan menjunjung adat Minangkabau. Wilayah penganut kebudayaannya meliputi Sumatera Barat, separuh daratan Riau, bagian utara Bengkulu, bagian barat Jambi, pantai barat Sumatera Utara, barat daya Aceh, dan juga Negeri Sembilan di Malaysia. Dalam percakapan awam, orang Minang seringkali disamakan sebagai orang Padang, merujuk kepada nama ibukota provinsi Sumatera Barat yaitu kota Padang. Namun, masyarakat ini biasanya akan menyebut kelompoknya dengan sebutan urang awak (bermaksud sama dengan orang Minang itu sendiri).
Menurut A.A. Navis, Minangkabau lebih kepada kultur etnis dari suatu rumpun Melayu yang tumbuh dan besar karena sistem monarki, serta menganut sistem adat yang khas, yang dicirikan dengan sistem kekeluargaan melalui jalur perempuan atau matrilineal, walaupun budayanya juga sangat kuat diwarnai ajaran agama Islam, sedangkan Thomas Stamford Raffles, setelah melakukan ekspedisi ke pedalaman Minangkabau tempat kedudukan Kerajaan Pagaruyung, menyatakan bahwa Minangkabau adalah sumber kekuatan dan asal bangsa Melayu, yang kemudian penduduknya tersebar luas di Kepulauan Timur.
Saat ini masyarakat Minang merupakan masyarakat penganut matrilineal terbesar di dunia. Selain itu, etnik ini juga telah menerapkan sistem proto-demokrasi sejak masa pra-Hindu dengan adanya kerapatan adat untuk menentukan hal-hal penting dan permasalahan hukum. Prinsip adat Minangkabau tertuang singkat dalam pernyataan Adat basandi syarak, syarak basandi Kitabullah (Adat bersendikan hukum, hukum bersendikan Al-Qur’an) yang berarti adat berlandaskan ajaran Islam.
Orang Minangkabau sangat menonjol di bidang perniagaan, sebagai profesional dan intelektual. Mereka merupakan pewaris terhormat dari tradisi tua Kerajaan Melayu dan Sriwijaya yang gemar berdagang dan dinamis. Hampir separuh jumlah keseluruhan anggota masyarakat ini berada dalam perantauan. Minang perantauan pada umumnya bermukim di kota-kota besar, seperti Jakarta, Bandung, Pekanbaru, Medan, Batam, Palembang, dan Surabaya. Di luar wilayah Indonesia, etnis Minang banyak terdapat di Negeri Sembilan, Malaysia dan Singapura.
Masyarakat Minang memiliki masakan khas yang populer dengan sebutan masakan Padang, dan sangat digemari di Indonesia bahkan sampai mancanegara.

Etimologi

Nama Minangkabau berasal dari dua kata, minang dan kabau. Nama itu dikaitkan dengan suatu legenda khas Minang yang dikenal di dalam tambo. Dari tambo tersebut, konon pada suatu masa ada satu kerajaan asing (biasa ditafsirkan sebagai Majapahit) yang datang dari laut akan melakukan penaklukan. Untuk mencegah pertempuran, masyarakat setempat mengusulkan untuk mengadu kerbau. Pasukan asing tersebut menyetujui dan menyediakan seekor kerbau yang besar dan agresif, sedangkan masyarakat setempat menyediakan seekor anak kerbau yang lapar. Dalam pertempuran, anak kerbau yang lapar itu menyangka kerbau besar tersebut adalah induknya. Maka anak kerbau itu langsung berlari mencari susu dan menanduk hingga mencabik-cabik perut kerbau besar tersebut. Kemenangan itu menginspirasikan masyarakat setempat memakai nama Minangkabau, yang berasal dari ucapan “Manang kabau” (artinya menang kerbau). Kisah tambo ini juga dijumpai dalam Hikayat Raja-raja Pasai dan juga menyebutkan bahwa kemenangan itu menjadikan negeri yang sebelumnya bernama Periaman (Pariaman) menggunakan nama tersebut. Selanjutnya penggunaan nama Minangkabau juga digunakan untuk menyebut sebuah nagari, yaitu Nagari Minangkabau, yang terletak di kecamatan Sungayang, kabupaten Tanah Datar, provinsi Sumatera Barat.
Dalam catatan sejarah kerajaan Majapahit, Nagarakretagamatahun 1365 M, juga telah ada menyebutkan nama Minangkabwa sebagai salah satu dari negeri Melayu yang ditaklukannya.
Sedangkan nama “Minang” (kerajaan Minanga) itu sendiri juga telah disebutkan dalam Prasasti Kedukan Bukit tahun 682 Masehi dan berbahasa Sanskerta. Dalam prasasti itu dinyatakan bahwa pendiri kerajaan Sriwijaya yang bernama Dapunta Hyang bertolak dari “Minānga”. Beberapa ahli yang merujuk dari sumber prasasti itu menduga, kata baris ke-4 (…minānga) dan ke-5 (tāmvan….) sebenarnya tergabung, sehingga menjadi mināngatāmvan dan diterjemahkan dengan makna sungai kembar. Sungai kembar yang dimaksud diduga menunjuk kepada pertemuan (temu) dua sumber aliran Sungai Kampar, yaitu Sungai Kampar Kiri dan Sungai Kampar Kanan. Namun pendapat ini dibantah oleh Casparis, yang membuktikan bahwa “tāmvan” tidak ada hubungannya dengan “temu”, karena kata temu dan muara juga dijumpai pada prasasti-prasasti peninggalan zaman Sriwijaya yang lainnya. Oleh karena itu kata Minanga berdiri sendiri dan identik dengan penyebutan Minang itu sendiri.

Asal-usul

Dari tambo yang diterima secara turun temurun, menceritakan bahwa nenek moyang mereka berasal dari keturunan Iskandar Zulkarnain. Walau tambo tersebut tidak tersusun secara sistematis dan lebih kepada legenda berbanding fakta serta cendrung kepada sebuah karya sastra yang sudah menjadi milik masyarakat banyak. Namun demikian kisah tambo ini sedikit banyaknya dapat dibandingkan dengan Sulalatus Salatin yang juga menceritakan bagaimana masyarakat Minangkabau mengutus wakilnya untuk meminta Sang Sapurba salah seorang keturunan Iskandar Zulkarnain tersebut untuk menjadi raja mereka.
Masyarakat Minang merupakan bagian dari masyarakat Deutro Melayu (Melayu Muda) yang melakukan migrasi dari daratan China Selatan ke pulau Sumatera sekitar 2.500-2.000 tahun yang lalu. Diperkirakan kelompok masyarakat ini masuk dari arah timur pulau Sumatera, menyusuri aliran sungai Kampar sampai ke dataran tinggi yang disebut darek dan menjadi kampung halaman orang Minangkabau. Beberapa kawasan darek ini kemudian membentuk semacam konfederasi yang dikenal dengan nama luhak, yang selanjutnya disebut juga dengan nama Luhak nan Tigo, yang terdiri dari Luhak Limo PuluahLuhak Agam, dan Luhak Tanah Datar. Pada masa pemerintahan Hindia-Belanda, daerah luhak ini menjadi daerah teritorial pemerintahan yang disebut afdeling, dikepalai oleh seorang residen dan oleh masyarakat Minangkabau disebut dengan nama Tuan Luhak.
Sementara seiring dengan pertumbuhan dan perkembangan penduduk, masyarakat Minangkabau menyebar ke kawasan darek yang lain serta membentuk beberapa kawasan tertentu menjadi kawasanrantau. Konsep rantau bagi masyarakat Minang merupakan suatu kawasan yang menjadi pintu masuk ke alam Minangkabau. Rantau juga berfungsi sebagai tempat mencari kehidupan, kawasan perdagangan. Rantau di Minangkabau dikenal dengan Rantau nan duo terbagi atas Rantau di Hilia (kawasan pesisir timur) dan Rantau di Mudiak (kawasan pesisir barat).
Pada awalnya penyebutan orang Minang belum dibedakan dengan orang Melayu, namun sejak abad ke-19, penyebutan Minang dan Melayu mulai dibedakan melihat budaya matrilineal yang tetap bertahan berbanding patrilineal yang dianut oleh masyarakat Melayu umumnya.Kemudian pengelompokan ini terus berlangsung demi kepentingan sensus penduduk maupun politik.

Persukuan

Suku dalam tatanan Masyarakat Minangkabau merupakan basis dari organisasi sosial, sekaligus tempat pertarungan kekuasaan yang fundamental. Pengertian awal kata suku dalam Bahasa Minang dapat bermaksud satu per-empat, sehingga jika dikaitkan dengan pendirian suatu nagari di Minangkabau, dapat dikatakan sempurna apabila telah terdiri dari komposisi empat suku yang mendiami kawasan tersebut. Selanjutnya, setiap suku dalam tradisi Minang, diurut dari garis keturunan yang sama dari pihak ibu, dan diyakini berasal dari satu keturunan nenek moyang yang sama.
Selain sebagai basis politik, suku juga merupakan basis dari unit-unit ekonomi. Kekayaan ditentukan oleh kepemilikan tanah keluarga, harta, dan sumber-sumber pemasukan lainnya yang semuanya itu dikenal sebagai harta pusaka. Harta pusaka merupakan harta milik bersama dari seluruh anggota kaum-keluarga. Harta pusaka tidak dapat diperjualbelikan dan tidak dapat menjadi milik pribadi. Harta pusaka semacam dana jaminan bersama untuk melindungi anggota kaum-keluarga dari kemiskinan. Jika ada anggota keluarga yang mengalami kesulitan atau tertimpa musibah, maka harta pusaka dapat digadaikan.
Suku terbagi-bagi ke dalam beberapa cabang keluarga yang lebih kecil atau disebut payuang (payung). Adapun unit yang paling kecil setelah sapayuang disebut saparuik. Sebuah paruik (perut) biasanya tinggal pada sebuah rumah gadang secara bersama-sama.

Daftar Suku Minangkabau

Seperti etnis lainnya, dalam etnis Minangkabau terdapat banyak klan yang disebut dengan istilah suku. Menurut tambo alam Minangkabau, pada masa awal pembentukan budaya Minangkabau oleh Datuk Ketumanggungan dan Datuk Perpatih Nan Sebatang, hanya ada empat suku induk dari dua kelarasan. Suku-suku tersebut adalah.
  1. Suku Koto
  2. Suku Piliang
  3. Suku Bodi
  4. Suku Caniago
Sedangkan kelarasan yang dimaksud adalah kelarasan koto piliang dan kelarasan bodi caniago, kelarasan disini semacam sistem kekuasaan, dan dalam perkembangannya kelarasan koto piliang cendrung kepada sistem aristokrat sedangkan kelarasan bodi caniago lebih kepada sistem konfederasi.
Dan jika melihat dari asal kata dari nama-nama suku induk tersebut, dapat dikatakan kata-kata tersebut berasal dari bahasa Sanskerta, sebagai contoh koto berasal dari kata kotto yang berarti benteng atau kubu, piliang berasal dari dua kata phi dan hyang yang digabung berarti pilihan tuhan, bodi berasal dari kata bodhi yang berarti orang yang terbangun, dan caniago berasal dari dua kata chana dan ago yang berarti sesuatu yang berharga.
Demikian juga untuk suku-suku awal selain suku induk, nama-nama suku tersebut tentu berasal dari bahasa Sanskerta dengan pengaruh agama Hindu dan Buddha yang berkembang disaat itu. Sedangkan perkembangan berikutnya nama-nama suku yang ada berubah pengucapannya karena perkembangan bahasa minang itu sendiri dan pengaruh dari agama Islam dan pendatang-pendatang asing yang tinggal menetap bersama.
Suku-suku dalam Minangkabau pada awalnya kemungkinan ditentukan oleh raja Pagaruyung, namun sejak berakhirnya kerajaan Pagaruyung tidak ada lagi muncul suku-suku baru di Minangkabau.

Kisah Suku Minangkabau

Asal Usul Danau Maninjau

Danau Maninjau adalah sebuah danau vulkanik yang terletak di Kecamatan Tanjung Raya, Kabupaten Agam, Provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Danau dengan luas sekitar 99,5 km2 dengan kedalaman mencapai 495 meter ini merupakan danau terluas kesebelas di Indonesia, dan terluas kedua di Sumatera Barat. Menurut cerita, Danau Maninjau pada awalnya merupakan gunung berapi yang di puncaknya terdapat sebuah kawah yang luas. Oleh karena ulah manusia, gunung berapi itu meletus dan membentuk sebuah danau yang luas. Apa gerangan yang menyebabkan gunung berapi itu meletus dan berubah menjadi danau? Kisahnya dapat Anda ikuti dalam cerita asal usul Danau Maninjau berikut ini!
Alkisah, di sebuah daerah di Sumatra Barat ada sebuah gunung berapi yang amat tinggi bernama Gunung Tinjau. Di puncaknya terdapat sebuah kawah yang luas, dan di kakinya terdapat beberapa perkampungan. Penduduknya hidup makmur dan sejahtera, karena mereka sangat rajin bertani. Di samping itu, tanah yang ada di sekitar Gunung Tinjau amat subur, karena sering mendapat pupuk alami berupa abu gunung.
Di salah satu perkampungan di kaki Gunung Tinjau itu tinggal sepuluh orang bersaudara yang terdiri dari sembilan lelaki dan seorang perempuan. Penduduk sekitar biasa memanggil mereka Bujang Sembilan. Kesepuluh orang bersaudara tersebut adalah Kukuban, Kudun, Bayua, Malintang, Galapuang, Balok, Batang, Bayang, dan lelaki termuda bernama Kaciak. Sementara adik mereka yang paling bungsu adalah seorang perempuan bernama Siti Rasani, akrab dipanggil Sani. Kedua orangtua mereka sudah lama meninggal, sehingga Kukuban sebagai anak sulung menjadi kepala rumah tangga. Semua keputusan ada di tangannya.
Kesepuluh bersaudara tersebut tinggal di sebuah rumah peninggalan kedua orangtua mereka. Untuk memenuhi kebutuhannya, mereka menggarap lahan pertanian yang cukup luas warisan kedua orangtua mereka. Mereka sangat terampil bertani, karena mereka rajin membantu ayah dan ibunya ketika keduanya masih hidup. Di samping itu, mereka juga dibimbing oleh paman mereka yang bernama Datuk Limbatang, yang akrab mereka panggil Engku.
Datuk Limbatang adalah seorang mamak di kampung itu dan mempunyai seorang putra yang bernama Giran. Sebagai mamak, Datuk Limbatang memiliki tanggungjawab besar untuk mendidik dan memerhatikan kehidupan warganya, termasuk kesepuluh orang kemenakannya tersebut. Untuk itu, setiap dua hari sekali, ia berkunjung ke rumah Kukuban bersaudara untuk mengajari mereka keterampilan bertani dan berbagai tata cara adat daerah itu. Tak jarang pula Datuk Limbatang mengajak istri dan putranya ikut serta bersamanya.
Pada suatu hari, ketika Datuk Limbatang bersama istri dan Giran berkunjung ke rumah Bujang Sembilan, secara tidak sengaja Sani saling berpandangan dengan Giran. Rupanya, kedua pemuda dan gadis itu sama-sama menaruh hati. Giran pun mengajak Sani untuk bertemu di sebuah ladang di pinggir sungai. Dengan hati berdebar, Giran pun mengungkapkan perasaannya kepada Sani.
“Sudah lama merendam selasih
Barulah kini mau mengembang
Sudah lama kupendam kasih
 Barulah kini bertemu pandang”
“Telah lama orang menekat
Membuat baju kebaya lebar
Sudah lama abang terpikat
Hendak bertemu dada berdebar”
“Rupa elok perangaipun cantik
Hidupnya suka berbuat baik
Orang memuji hilir dan mudik
Siapa melihat hati tertarik”
“Dik, Sani! Wajahmu cantik nan elok, perangai baik nan berhati lembut. Maukah engkau menjadi kekasih Abang?” tanya Giran.
Pertanyaan itu membuat jantung Sani berdetak kencang. Dalam hatinya, ia juga suka kepada Giran. Maka ia pun membalasnya dengan untaian pantun.
“Buah nangka dari seberang
Sedap sekali dibuat sayur
Sudah lama ku nanti abang
Barulah kini dapat menegur”
“Jika roboh kota Melaka
Papan di Jawa saya tegakkan
Jika sungguh Kanda berkata
Badan dan nyawa saya serahkan”
Alangkah senang hati Giran mendengar jawaban dari Sani. Ia benar-benar merasa bahagia karena cintahnya bersambut.
Maka sejak itu, Giran dan Sani menjalin hubungan kasih. Pada mulanya, keduanya berniat untuk menyembunyikan hubungan mereka. Namun karena khawatir akan menimbulkan fitnah, akhirnya keduanya pun berterus terang kepada keluarga mereka masing-masing. Mengetahui hal itu, keluarga Giran dan Sani pun merasa senang dan bahagia, karenahal tersebut dapat mempererat hubungan kekeluargaan mereka. Sejak menjalin hubungan dengan Sani, Giran seringkali berkunjung ke rumah Bujang Sembilan. Bahkan, ia sering membantu Bujang Sembilan bekerja di sawah.
Ketika musim panen tiba, semua penduduk kampung memperoleh hasil yang melimpah. Untuk merayakan keberhasilan tersebut, para pemuka adat dan seluruh penduduk bersepakat untuk mengadakan gelanggang perhelatan, yaitu adu ketangkasan bermain silat. Para pemuda kampung menyambut gembira acara tersebut. Dengan semangat berapi-api, mereka segera mendaftarkan diri kepada panitia acara. Tidak ketinggalan pula Kukuban dan Giran turut ambil bagian dalam acara tersebut.
Pada hari yang telah ditentukan, seluruh peserta berkumpul di sebuah tanah lapang. Sorak sorai penonton pun terdengar mendukung jagoannya masing-masing. Beberapa saat kemudian, panitia segera memukul gong pertanda acara dimulai. Rupanya, Kukuban mendapat giliran pertama tampil bersama seorang lawannya dari dusun tetangga. Tampak keduanya saling berhadap-hadapan di tengah arena untuk saling adu ketangkasan. Siapa pun yang menang dalam pertarungan itu, maka dia akan melawan peserta berikutnya. Ternyata, Kukuban berhasil mengalahkan lawannya. Setelah itu, peserta berikutnya satu per satu masuk ke arena gelanggang perhelatan untuk melawan Kukuban, namun belum seorang pun yang mampu mengalahkannya. Masih tersisa satu peserta lagi yang belum maju, yakni si Giran. Kini, Kukuban menghadapi lawan yang seimbang.
“Hai, Giran! Majulah kalau berani!” tantang Kukuban.
“Baiklah, Bang! Bersiap-siaplah menerima seranganku!” jawab Giran dan langsung menyerang Kukuban.
Maka terjadilah pertarungan sengit antara Giran dan Kukuban. Mulanya, Giran melakukan serangan secara bertubi-tubi ke arah Kububan, namun semua serangannya mampu dielakkan oleh Kukubun. Beberapa saat kemudian, keadaan jadi terbalik. Kukuban yang balik menyerang. Ia terus menyerang Giran dengan jurus-jurus andalannya secara bertubi-tubi. Giran pun terdesak dan kesulitan menghindari serangannya. Pada saat yang tepat, Kukuban melayangkan sebuah tendangan keras kaki kirinya ke arah Giran. Giran yang tidak mampu lagi menghindar, terpaksa menangkisnya dengan kedua tangannya.
“Aduh, sakit…! Kakiku patah!” pekik Kukuban dan langsung berguling di tanah sambil menjerit kesakitan.
Rupanya, tangkisan Giran itu membuat kaki kirinya patah. Ia pun tidak mampu lagi melanjutkan pertandingan dan dinyatakan kalah dalam gelanggang tersebut. Sejak itu, Kukuban merasa kesal dan dendam terhadap Giran karena merasa telah dipermalukan di depan umum. Namun, dendam tersebut dipendamnya dalam hati.
Beberapa bulan kemudian, dendam Kukuban yang dipendam dalam hati itu akhirnya terungkap juga. Hal itu bermula ketika suatu malam, yakni ketika cahaya purnama menerangi perkampungan sekitar Gunung Tinjau, Datuk Limbatang bersama istrinya berkunjung ke rumah Bujang Sembilan. Kedatangan orangtua Giran tersebut bukan untuk mengajari mereka cara bercocok tanam atau tata cara adat, melainkan ingin menyampaikan pinangan Giran kepada Sani.
“Maaf, Bujang Sembilan! Maksud kedatangan kami kemari ingin lebih mempererat hubungan kekeluargaan kita,” ungkap Datuk Limbatang.
“Apa maksud, Engku?” tanya si Kudun bingung.
“Iya, Engku! Bukankah hubungan kekeluargaan kita selama ini baik-baik saja?” sambung Kaciak.
“Memang benar yang kamu katakan itu, Anakku,” jawab Datuk Limbatang yang sudah menganggap Bujang Sembilan seperti anaknya sendiri.
“Begini, Anak-anakku! Untuk semakin mengeratkan hubungan keluarga kita, kami bermaksud menikahkan Giran dengan adik bungsu kalian, Siti Rasani,” ungkap Datuk Limbatang.
“Pada dasarnya, kami juga merasakan hal yang sama, Engku! Kami merasa senang jika Giran menikah dengan adik kami. Giran adalah pemuda yang baik dan rajin,” sambut si Kudun.
Namun, baru saja kalimat itu lepas dari mulut si Kudun, tiba-tiba terdengarsuara bentakan yang sangat keras dari Kukuban.
“Tidak! Aku tidak setuju dengan pernikahan mereka! Aku tahu siapa Giran,” seru Kukuban dengan wajah memerah.
“Dia pemuda sombong, tidak tahu sopan santun dan kurang ajar. Dia tidak pantas menjadi suami Sani,” tambahnya.
“Mengapa kamu berkata begitu, Anakku? Adakah perkataan atau perilakunya yang pernah menyinggung perasaanmu?” tanya Datuk Limbatang dengan tenang.
“Ada, Engku! Masih ingatkah tindakan Giran terhadapku di gelanggang perhelatan beberapa bulan yang lalu? Dia telah mematahkan kaki kiriku dan sampai sekarang masih ada bekasnya,” jawab Kukuban sambil menyingsingkan celana panjangnya untuk memperlihatkan bekas kakinya yang patah.
“Oooh, itu!” jawab Datuk Limbatang singkat sambil tersenyum.
“Soal kaki terkilir dan kaki patah, kalah ataupun menang dalam gelanggan itu hal biasa. Memang begitu kalau bertarung,” ujar Datuk Limbatang.
“Tapi, Engku! Anak Engku telah mempermalukanku di depan orang banyak,” sambut Kukuban.
“Aku kira Giran tidak bermaksud mempermalukan saudaranya sendiri,” kata Datuk Limbatang.
“Ah, itu kata Engku, karena ingin membela anak sendiri! Di mana keadilan Engku sebagai pemimpin adat?” bantah Kukuban sambil menghempaskan tangannya ke lantai.
Semua yang ada dalam pertemuan itu terdiam. Kedelapan saudaranya tak satu pun yang berani angkat bicara. Suasana pun menjadi hening dan tegang. Kecuali Datuk Limbatang, yang terlihat tenang.
“Maaf, Anakku! Aku tidak membela siapa pun. Aku hanya mengatakan kebenaran. Keadilan harus didasarkan pada kebenaran,” ujar Datuk Limbatang.
“Kebenaran apalagi yang Engku maksud. Bukankah Giran telah nyata-nyata mencoreng mukaku di tengah keramaian?”
“Ketahuilah, Anakku! Menurut kesaksian banyak orang yang melihat peristiwa itu, kamu sendiri yang menyerang Giran yang terdesak dengan sebuah tendangan keras, lalu ditangkis oleh Giran. Tangkisan itulah yang membuat kakimu patah. Apakah menurutmu menangkis serangan itu perbuatan curang dan salah?” tanya Datuk Limbatang.
Kukuban hanya terdiam mendengar pertanyaan itu. Walaupun dalam hatinya mengakui bahwa apa yang dikatakan Datuk Limbatang adalah benar, tetapi karena hatinya sudah diselimuti perasaan dendam, ia tetap tidak mau menerimanya.
“Terserah Engku kalau tetap mau membela anak sendiri. Tapi, Sani adalah adik kami. Aku tidak akan menikahkan Sani dengan anak Engku,” kata Kukuban dengan ketus.
“Baiklah, Anakku! Aku juga tidak akan memaksamu. Tapi, kami berharap semoga suatu hari nanti keputusan ini dapat berubah,” kata Datuk Limbatang seraya berpamitan pulang ke rumah bersama istrinya.
Rupanya, Siti Rasani yang berada di dalam kamar mendengar semua pembicaraan mereka. Ia sangat bersedih mendengar putusan kakak sulungnya itu. Baginya, Giran adalah calon suami yang ia idam-idamkan selama ini. Sejak kejadian itu, Sani selalu terlihat murung. Hampir setiap hari ia duduk termenung memikirkan jalah keluar bagi masalah yang dihadapinya. Begitupula si Giran, memikirkan hal yang sama. Berhari-hari kedua pasangan kekasih itu berpikir, namun belum juga menemukan jalan keluar. Akhirnya, keduanya pun sepakat bertemu di tempat biasanya, yakni di sebuah ladang di tepi sungai, untuk merundingkan masalah yang sedang mereka hadapi.
“Apa yang harus kita lakukan, Dik?” tanya Giran.
“Entahlah, Bang! Adik juga tidak tahu harus berbuat apa. Semua keputusan dalam keluarga Adik ada di tangan Bang Kukuban. Sementara dia sangat benci dan dendam kepada Abang,” jawab Sani sambil menghela nafas panjang.
Beberapa lama mereka berunding di tepi sungai itu, namun belum juga menemukan jalan keluar. Dengan perasaan kalut, Sani beranjak dari tempat duduknya. Tiba-tiba sepotong ranting berduri tersangkut pada sarungnya.
“Aduh, sarungku sobek!” teriak Sani kaget.
“Wah, sepertinya pahamu tergores duri. Duduklah Adik, Abang akan mengobati lukamu itu!” ujar Giran.
Giran pun segera mencari daun obat-obatan di sekitarnya dan meramunya. Setelah itu, ia membersihkan darah yang keluar dari paha Sani, lalu mengobati lukanya. Pada saat itulah, tiba-tiba puluhan orang keluar dari balik pepohonan dan segera mengurung keduanya. Mereka adalah Bujang Sembilan bersama beberapa warga lainnya.
“Hei, rupanya kalian di sini!” seru Kukuban.
Giran dan Sani pun tidak tahu harus berbuat apa. Keduanya benar-benar tidak menyangka jika ada puluhan orang sedang mengintai gerak-gerik mereka.
“Tangkap mereka! Kita bawa mereka ke sidang adat!” perintah Kukuban.
“Ampun, Bang! Kami tidak melakukan apa-apa. Saya hanya mengobati luka Sani yang terkena duri,” kata Giran.
“Dasar pembohong! Aku melihat sendiri kamu mengusap-usap paha adikku!” bentak Kukuban.
“Iya benar! Kalian telah melakukan perbuatan terlarang. Kalian harus dibawa ke sidang adat untuk dihukum,” sambung seorang warga.
Akhirnya, Giran dan Sani digiring ke kampung menuju ke ruang persidangan. Kukuban bersama kedelapan saudaranya dan beberapa warga lainnya memberi kesaksian bahwa mereka melihat sendiri perbuatan terlarang yang dilakukan oleh Giran dan Sani. Meskipun Giran dan Sani telah melakukan pembelaan dan dibantu oleh Datuk Limbatang, namun persidangan memutuskan bahwa keduanya bersalah telah melanggar adat yang berlaku di kampung itu. Perbuatan mereka sangat memalukan dan dapat membawa sial. Maka sebagai hukumannya, keduanya harus dibuang ke kawah Gunung Tinjau agar kampung tersebut terhindar dari malapetaka.
Keputusan itu pun diumumkan ke seluruh penjuru kampung di sekitar Gunung Tinjau. Setelah itu, Giran dan Sani diarak menuju ke puncak Gunung Tinjau dengan tangan terikat di belakang. Sesampainya di pinggir kawah, mata mereka ditutup dengan kain hitam. Sebelum hukuman dilaksanakan, mereka diberi kesempatan untuk berbicara.
“Wahai kalian semua, ketahuilah! Kami tidak melakukan perbuatan terlarang apa pun. Karena itu, kami yakin tidak bersalah,” ucap Giran.
Setelah itu, Giran menengadahkan kedua tanganya ke langit sambil berdoa.
“Ya Tuhan! Mohon dengar dan kabulkan doa kami. Jika kami memang benar-benar bersalah, hancurkanlah tubuh kami di dalam air kawah gunung yang panas ini. Akan tetapi, jika kami tidak bersalah, letuskanlah gunung ini dan kutuk Bujang Sembilan menjadi ikan!”
Usai memanjatkan doa, Giran dan Sani segera melompat ke dalam kawah. Keduanya pun tenggelam di dalam air kawah. Sebagian orang yang menyaksikan peristiwa itu diliputi oleh rasa tegang dan cemas. Jika Giran benar-benar tidak bersalah dan doanya dikabulkan, maka mereka semua akan binasa. Ternyata benar. Permohonan Giran dikabulkan oleh Tuhan. Beberapa saat berselang, gunung itu tiba-tiba bergetar dan diikuti letusan yang sangat keras. Lahar panas pun menyembur keluar dari dalam kawah, mengalir menuju ke perkampungan dan menghancurkan semua yang dilewatinya. Semua orang berusaha untuk menyelamatkan diri. Namun, naas nasib mereka. Letusan Gunung Tinjau semakin dahsyat hingga gunung itu luluh lantak. Tak seorang pun yang selamat. Bujang Sembilan pun menjelma menjadi ikan.
Demikian cerita Asal usul Danau Maninjau dari Agam, Sumatra Barat, Indonesia. Konon, letusan Gunung Tinjau itu menyisakan kawah yang luas dan lama-kelamaan berubah menjadi danau. Oleh masyarakat sekitar, nama gunung itu kemudian diabadikan menjadi nama danau, yakni Danau Maninjau. Sementara nama-nama tokoh yang terlibat dalam peristiwa itu diabadikan menjadi nama nagari di sekitar Danau Maninjau, seperti Tanjung Sani, Sikudun, Bayua, Koto Malintang, Koto Kaciak, Sigalapuang, Balok, Kukuban, dan Sungai Batang.
Cerita di atas termasuk kategori legenda yang mengandung pesan-pesan moral yang dapat dijadikan pedoman dalam kehidupan sehari-hari. Salah satu pesan moral yang dapat dipetik, yaitu akibat buruk yang ditimbulkan oleh sifat dendam. Dendam telah menjadikan Kukuban tega menfitnah Giran dan Sani telah melakukan perbuatan terlarang. Dari hal ini dapat dipetik sebuah pelajaran bahwa sifat dendam dapat mendorong seseorang berbuat aniaya terhadap orang lain, demi membalaskan dendamnya. Dalam kehidupan orang Melayu, sifat dendam ini sangat dipantangkan. Dikatakan dalam tunjuk ajar Melayu:
siapa tak tahu kesalahan sendiri,
lambat laun hidupnya keji
kalau suka berdendam kesumat,
alamat hidup akan melara

Asal Usul Danau Maninjau

22 juli 2014

-Menjemput TP-LINKdi kantor Pertambangan dan Energi

22 JULI 2014

21 juli 2014

-Menjemput dokumen ke kantor KEHUTANAN
-Mengantarkan dokumen ko kantor DISHUB KOMINFO
-Menjemput hardisk ke kantor KEHUTANAN
-Mengantarkan hardisk ke kantor  KEHUTANAN

21 JULI 2014

17 JULI 2014

 - Menginstal Laptop
 - Memasang Jaringan di Rumah Bupati

17 JULI 2014

15 JULI 2014

-Mengantar dokumen ke bapak Boni di bagin LPSE

15 JULI 2014

 14 JULI 2014

- Mencek server karena server mati.
- Diberikan tugas oleh bapak Nurhaqqi untuk mempelajari cara membuat website

14 JULI 2014

11 JULI 2014
 - Mencek jaringan server karena aliran Lisrik Sering mati...

11 JULI 2014

 10 JULI 2014

 - Menyetting laptop di Bagian HUMMAS. - Mencek kabel di Bagian BAPEDA

10 JULI 2014

 8 JULI 2014

- Memasang jaringan dengan merek TP-Link di rumah Bapak Ridwan Pegawai di BAPEDA.

08 JULI 2014

SENIN 7 JULI 2014

  - Memasang jaringan TP-Link pada kantor Badan Amil Zakat Nasional.

07 JULI 2014

Sebuah peristiwa atau kejadian memungkinkan HP kita mengalami hal hal yang tidak diinginkan. Salah satu masalah yang sering dialami HP adalah kemasukan air atau tercebur ke dalam air yang jika tidak diantisipasi dengan tepat akan menyebabkan kerusakan yang cukup parah bahkan mati total. Agar hal buruk tersebut tidak kita alami, maka artikel ini akan membahas tentang cara tepat mengatasi HP yang tercebur ke air.

1. Tetap tenang

Saat HP jatur atau tercebur ke air, sebaiknya Anda jangan langsung panik dan tergesa gesa melakukan hal yang sebaiknya dihindari. Langkah pertama untuk mengatasi HP yang tercebur ke air adalah tetap tenang dan ambil HP tersebut dengan hati hati. Pastikan tidak ada sambungan listrik yang bisa memungkinkan Anda mengalami sengatan listrik.
mengatasi HP yang tercebur ke air
mengatasi HP yang tercebur ke air

2. Matikan HP dan buka baterai

Jika HP tercebur dalam waktu yang singkat, mungkin air tidak akan mencapai bagian dalam seperti sirkuit dan IC hardware. Cara mengatasi HP yang tercebur seperti demikian cukup dimatikan terlebih dahulu dan buka baterainya agar tidak terjadi korsleting listrik, lepaskan juga kartu SIM dan kartu memori yang terpasang. Setelah itu keringkan dengan menggunakan lap kering dan menjemurnya di bawah sinar matahari langsung. Jika dirasa sudah cukup, maka pasang kembali HP dan coba nyalakan, apabila HP bisa beroperasi seperti biasa, maka hal tersebut sudah bisa diantisipasi, namun jika HP tidak hidup, maka ada kemungkinan terjadinya korsleting listrik di bagian sirkuit. Kalau itu terjadi, maka tindakan yang paling tepat adalah dengan membawanya ke pusat service hardware.

3. Rendam di dalam beras

Beras adalah benda yang sangat efektif dalam menyerap cairan dan membuat benda benda lain di sekitarnya mudah kering. Agar HP yang tercebur ke air bisa dikeringkan secara alami, maka cobalah untuk merendamnya dalam beras selama kurang lebih 30 menit. Cara ini bisa menyerap air di sela sela yang tidak bisa dijangkau oleh kain lap.
mengatasi HP yang tercebur ke air dengan beras
mengatasi HP yang tercebur ke air dengan beras

4. Hindari hair dryer

Salah satu cara keliru dalam mengatasi HP yang tercebur ke air adalah penggunaan hair dryer. Walaupun maksud awalnya adalah ingin mengeringkan HP, namun cara ini sangat bahaya karena bisa merusak komponen dan sirkuit HP akibat panas yang ditimbulkan. Langkah paling baik yang bisa dicoba untuk mengeringkan adalah dengan menggunakan vacuum cleaner, karena alat ini bisa menyedot cairan atau debu tanpa memanaskan komponennya.
Demikianlah beberapa cara mengatasi HP yang tercebur ke air. Semoga bermanfaat dan selamat mencoba

Cara Mengatasi Jika Handphone Masuk Air

04 juli 2014

-Mengganti ip komputer dibagian humas

04 JULI 2014

SELASA 1 JULI 2014

- Setting IP Addres di Ruangan KESRA
- Mengambil Laptop dari kantor kb 

1 JULI 2014

Kecelakaan travel Bumi Minang Wisata (BMW) 2000 di Kayu Tanam, Padang Pariaman, Selasa 1 Juli 2014 sekitar pukul 06.00 WIB pagi menewaskan seluruh penumpangnya. 
"Seluruh yang ada di minibus itu tewas di TKP," ujar Kapolres Padang Pariaman, AKBP Taufik Ismail.
Dalam minibus warna putih dengan nomor polisi BM 7522 DW itu terdapat seorang sopir dan 7 penumpang. Mereka tewas akibat tubrukan yang cukup keras. Saat ini jenazah tengah diidentifikasi di Puskesmas Kayu Tanam dan Sicincin.
Salah seorang saksi mata, Putra (28) mengatakan, saat itu travel yang dikemudikan Ismail melaju kencang dari arah Bukittinggi. Saat melaju di kilometer 56,8 Kayu Tanam, travel itu berupaya menghindari truk yang tengah parkir.
Hanya saja di saat bersamaan muncul Daihatsu Grand Max dari arah berlawanan, sehingga sempat terjadi senggolan antara kedua minibus itu. Akibatnya travel Mitsubishi Star Wagon itu tak terkendali, dan menabrak bagian belakang truk hingga "nyungsep" ke kolongnya.                      
Berikut nama-nama korban kecelakaan di Kayu Tanam:

- Edi Iswandi (44) warga Tunggul Hitam, Padang
- Edo Bahari (21) mahasiswa asal Pekanbaru, Riau
- Meiza Sartika (22) mahasiswa warga Lubuk Buaya, Padang.
- Marza Yelita (55) warga Lubuk Buaya, Padang
- M. Iqbal (20) mahasiswa warga Pekanbaru, Riau
- Zaza (12), warga Tunggul hitam, Padang
- Wawa (8), Warga Tunggul Hitam, Padang
- Ismail (34) warga Jati, Padang (sopir)       

13 juni 2014

Cara Agar Baterai Android Tahan Lama sehingga kita tidak perlu  sering-sering men-charge baterai Android tersebut,  cara-caranya sebagaiberikut :

1.  Kurangi time out layar, matikan auto rotation, Atur kecerahan layar Android anda karena jika kecerahan layar sangat terang maka akan memakan daya yang besar.

2. Atur suhu smartphone Android anda agar tidak panas jika anda merasakan panas yang berlebih langsung anda simpan terlebih dahulu atau jangan dulu di pakai hingga suhu Android anda normal kembali.

3. Matikan konektivitas seperti bluetooth, Wifi, dll jika tidak di pakai, gunakanlah ketika dibutuhkan saja, dan kalau bisa gunakanlah mode getar untuk notification/pemberitahuan.

4. Jangan gunakan walpaper animasi, gunakanlah walpaper yang biasa atau yang tidak bergerak karena akan memakan daya dari baaterai Android anda.

5. Jika sedang memakai kamera kalau bisa jangan menggunakan flash di ruangan yang terang.

6. Jika ingin mendengarkan musik pakailah Headset bukan Speaker, karena speaker memakan daya yang lebih besar dari pada Headset.

7. Aktifkan mode pesawat jika anda sedang di daerah yang sinyalnya buruk karena smartphone kita akan mengeluarkan daya yang besar untuk mencari sinyal

8. Matikan smartphone anda jika tidak akan menggunakannya dalam waktu lama, jangan memakai Android jika sedang di-charge, dan kalau bisa men-charge smartphone Android harus dalam keadaan mati.

. Tutup proses Android yang berjalan jika tidak akan digunakan lagi.

10. Gunakan smartphone anda pada mode GSM, kalau bisa gunakanlah mode 3G jika akan digunakan saja.

30 juni 2014

-mengganti IP di ruangan bendahara
-memperbaiki komputer
-mencek jaringan di BAPEDA 

30 JUNI 2014

26 juni 2014

-mengkoneksikan internet pada bagian hukum dan memasukkan IP adress nya
-memperbaiki komputer bagian organisasi

26 JUNI 2014

17 juni 2014

-Memperbaiki jaringan di kantor pembendaharaan
-Mencek jaringan di HUMAS

17 juni 2014

16 JUNI 2014

-Mencek jaringan di bagian bendaharaan untuk aplikasi SIMDA
-Memasang LAN Card pada  CPU komputer di bendahara
- Mencek jaringan di kantor Sumber Daya Mineral (SDM) dan membawa TP-Link kembali kekantor   karena rusak

16 JUNI 2014

13 juni 2014

-Membuat kabel RJ-45
-Meensetting jaringan LAN komputer di ruangan organisasi

13 juni 2014

26 MEI 2014

-mengecek jaingan DPRD

26 MEI 2014


Kabel straight Kabel straight merupakan kabel yang memiliki cara pemasangan yang sama antara ujung satu  dengan ujung yang lainnya.
Kabel straight digunakan untuk menghubungkan 2 device yang berbeda.
Urutan standar kabel straight adalah seperti dibawah ini yaitu sesuai dengan standar TIA/EIA 368B (yang paling banyak dipakai) atau kadang-kadang juga dipakai  sesuai  standar TIA/EIA 368A sebagai berikut:

Contoh penggunaan kabel straight adalah sebagai berikut :
  • Menghubungkan antara computer dengan switch
  • Menghubungkan computer dengan LAN pada modem cable/DSL
  • Menghubungkan router dengan LAN pada modem cable/DSL
  • Menghubungkan switch ke router
  • Menghubungkan hub ke router
Kabel cross over
Kabel cross over merupakan kabel yang memiliki susunan berbeda antara ujung satu dengan
ujung dua. Kabel cross over  digunakan untuk menghubungkan 2 device yang sama. Gambar dibawah adalahsusunan standar kabel cross over.
Contoh penggunaan kabel cross over adalah sebagai berikut :
  • Menghubungkan 2 buah komputer secara langsung
  • Menghubungkan 2 buah switch
  • Menghubungkan 2 buah hub
  • Menghubungkan switch dengan hub
  • Menghubungkan komputer dengan router
Dari 8 buah kabel yang ada pada kabel UTP ini (baik pada kabel straight maupun cross over) hanya 4 buah saja yang digunakan untuk mengirim dan menerima data, yaitu kabel pada pin no 1,2,3 dan 6.

Membuat kabel Straight dan Cross Over
Untuk membuat sebuah kabel jaringan menggunakan kabel UTP ini terdapat beberapa peralatan yang perlu kita siapkan, yaitu
  • kabel UTP
  • Connector RJ-45
  • Crimping tools
  • RJ-45 LAN Tester
contoh gambarnya seperti dibawah ini :
Kabel UTP Tipe Straight
Sekarang akan kita bahas cara pemasangannya. Yang pertama adalah cara memasang kabel UTP tipe straight. Untuk itu, lakukan langkah-langkah berikut:
  1. Kupas ujung kabel sekitar 2 cm, sehingga kabel kecil-kecil yang ada didalamnya kelihatan.
  • Pisangkan kabel-kabel tersebut dan luruskan. Kemudian susun dan rapikan berdasarkan warnanya yaitu Orange Putih, Orange, Hijau Putih, Biru, Biru Putih, Hijau, Coklat Putih, dan Coklat. Setelah itu potong bagian ujungnya sehingga rata satu sama lain.
Susunan kabel UTP tipe straight bisa Anda lihat pada gambar di bawah:

Setelah kabel tersusun, ambil Jack RJ-45. Seperti yang saya katakan tadi Jack ini terdiri dari 8 pin. Pin 1 dari jack ini adalah pin yang berada paling kiri jika posisi pin menghadap Anda. Berurut ke kanan adalah jack 2, 3, dan seterusnya.
 






Kemudian masukkan kabel-kabel tersebut ke dalam Jack RJ-45 sesuai dengan urutan tadi yaitu sebagai berikut:
    • Orange Putih pada Pin 1
    • Orange pada Pin 2
    • Hijau Putih pada Pin 3
    • Biru pada Pin 4
    • Biru Putih pada Pin 5
    • Hijau pada Pin 6
    • Coklat Putih pada Pin 7
    • Coklat pada Pin 8.
Masukkan kabel tersebut hingga bagian ujungnya mentok di dalam jack.







Masukan Jack RJ-45 yang sudah terpasang dengan kabel tadi ke dalam mulut tang crimping yang sesuai sampai bagian pin Jack RJ-45 berada didalam mulut tang. Sekarang jepit jack tadi dengan tang crimping hingga seluruh pin menancap pada kabel. Biasanya jika pin jack sudah menancap akan mengeluarkan suara “klik”.
Sekarang Anda sudah selesai memasang jack RJ-45 pada ujung kabel pertama. Untuk ujung kabel yang kedua, langkah-langkahnya sama dengan pemasangan ujung kabel pertama tadi. Untuk itu, ulangi langkah-langkah tadi untuk memasang Jack RJ-45 pada ujung kabel yang kedua.
Kalau sudah kemudian kita test menggunakan LAN tester. Masukkan ujung ujung kabel ke alatnya, kemudian nyalakan, kalau lampu led yang pada LAN tester menyala semua, dari nomor 1 sampai 8 berarti Anda telah sukses. Kalau ada salah satu yang tidak menyala berarti kemungkinan pada pin nomor tersebut ada masalah. Cara paling mudah yaitu Anda tekan (press) lagi menggunakan tang. Kemungkinan pinnya belum tembus. Kalau sudah Anda tekan tetapi masih tidak nyambung, maka coba periksa korespondensinya antar pin udah 1-1  atau belum.lihat gambar di bawah ini:







Kabel UTP Tipe Cross
Cara memasang kabel UTP tipe straight sudah saya jelaskan tadi. Sekarang saya bahas mengenai cara memasang kabel UTP tipe cross. Cara pemasangan kabel UTP tipe cross hampir sama dengan memasang kabel UTP tipe straight. Mengenai teknis pemasanganya sama seperti tadi. Perbedaanya adalah urutan warna kabel pada ujung kabel yang kedua. Untuk ujung kabel pertama, susunan kabel sama dengan susunan kabel UTP tipe straight yaitu:
    • Orange Putih pada Pin 1
    • Orange pada Pin 2
    • Hijau Putih pada Pin 3
    • Biru pada Pin 4
    • Biru Putih pada Pin 5
    • Hijau pada Pin 6
    • Coklat Putih pada Pin 7
    • Coklat pada Pin 8.
Untuk ujung kabel yang kedua, susunan warnanya berbeda dengan ujung pertama. Adapaun susunan warnanya adalah sebagi berikut:
  • Hijau Putih pada Pin 1
  • Hijau pada Pin 2
  • Orange Putih pada Pin 3
  • Biru pada Pin 4
  • Biru Putih pada Pin 5
  • Orange pada Pin 6
  • Coklat Putih pada Pin 7
  • Coklat pada Pin 8.
Hasil akhir kabel UTP tipe cross akan seperti ini:

Kesimpulannya adalah jika Anda memasang kabel UTP tipe straight maka susunan warna pada kedua ujung kabel adalah sama. Sedangkan cara pemasangan UTP tipe cross, susunan warna ujung kabel pertama berbeda dengan unjung kabel kedua. Nanti jika dites menggunakan LAN tester, maka nantinya led 1, 2, 3 dan 6 akan saling bertukar. Kalau tipe straight menyalanya urutan, sedangkan tipe cross ada yang lompat-lompat. Tapi yang pasti harus menyala semua setiap led dari nomor 1 sampai 8.lihat gambar di bawah ini :

MEMBUAT KABEL UTP STRAIGHT & CROSS

RABU 21 MEI 2014

- Membuat blog
- Mencari Template di internet
- Mencari postingan untuk blog

RABU 21 MEI 2014

- Copyright © 2013 DWI PUTRI ARI - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -