Popular Post

Recent post

Archive for Agustus 2014

 28 AGUSTUS 2014

- Memasang jaringan internet di kantor SKB

28 AGUSTUS 2014

26 AGUSTUS 2014

- Mensetting Ip addres di ruangan HUMAS

26 AGUSTUS 2014

25 AGUSTUS 2014

- Memasang jaringan di kantor SDM
- Memasang jaringan Di Rumah Dinas SEKDA

25 AGUSTUS 2014

21 AGUSTUS 2014

- Mencek ip addres di ruangan BAPEDA

21 AGUSTUS 2014

20 AGUSTUS 2014

-Mensetting IP di ruangan BAPEDA

20 AGUSTUS 2014

ASAL PERTAMA MANUSIA
Terdapat dua versi dalam sejarah pertama asal muasal manusia

Veris Pertama 
  Perdebatan akan asal-usul manusia atau bahkan kehidupan makhluk hidup di muka bumi ini masih menjadi tanda tanya besar dan diskusi panjang yang tiada habisnya. Beberapa teori ilmiah telah mencoba untuk menjawab itu semua. Akan tetapi terus mengalami keraguan dan kesangsian setelah diuji seiring perubahan waktu yang menjadikannya tidak dapat diterima lagi. Salah satunya adalah teori evolusi yang ditelorkan oleh Darwin. Konsep kehidupan yang, menurutnya, berawal dari satu spesies hingga memunculkan beragam makluk hidup seperti sekarang ini. Termasuk adanya manusia sebagai makluk yang paling cerdik.
Disisi lain, sejarah penciptaan manusia sebenarnya telah melegenda. Berawal dari satu manusia laki-laki dan satu manusia perempuan yaitu Adam dan Hawa. Sebagaimana diinfomasikan oleh dogma agama-agama besar (Yahudi, Nasrani dan Islam). Hingga pada abad ini telah melahirkan (memunculkan) lebih dari 6 miliar manusia. Tersebar di segala penjuru dunia. Dari cerita ini, banyak manusia yang percaya begitu saja, walaupun memang ada hal-hal yang sedikit tidak masuk akal. Penjelasan singkat dan ringkas yang dianggap cukup dan tidak adanya kekritisan umat dalam beragama.
Diantaranya ialah bahwa Adam diciptakan oleh Tuhan dari tanah liat yang dibentuk semisal sebuah boneka. Kemudian ditiupkan kepadanya ruh. Maka jadilah Adam manusia dewasa yang hidup seketika itu juga. Selanjutnya di tempatkan di dalam surga. Tapi Adam merasa kesepian karena hanya seorang diri. Maka Tuhan pun menjadikan calon istrinya – Hawa. Caranya, Tuhan mengambil salah satu tulang rusuk Adam. Dari tulang rusuk Adam itulah kemudian tercipta Hawa sebagai manusia dewasa yang hidup.
Tak heran, cerita akan hal itu semua bertebaran dengan sangat bebas dan beragama. Mulai dari yang bersifat doktrin, tafsir, dongeng, legenda hingga pada penelusuran yang bersifat ilmiah. Dibandingkan dengan berbagai makhluk lainnya, manusia memang sangat istimewa. Manusia yang benar-benar menjadi aktor utama dalam kehidupan di jagat raya ini. Pemimpin kolektif atas segala fasilitas kehidupan yang telah tersedia secara ajaib di planet yang sangat istimewa pula ini.
Dalam serial diskusi tasawwuf modern kali ini, Agus Mustafa kembali mengahadirkan buku yang sangat (selalu) kontrovesial. Tidak main-main, beliau memberikan nama judul bukunya dengan “Ternyata Adam Dilahirkan”. Menjadikan simpang siur pemahaman tentang penciptaan Adam meskipun sama-sama bersumber pada Al-Qur’an (kita suci umat Islam). Menurut penulis buku ini, kebanyakan umat Islam tidak mengambil ayat-ayat Al-Qur’an secara utuh dan holistik yang akhirnya memunculkan pemahaman yang sepotong-potong.
Pembahasan di dalam buku ini, Agus Mustafa, mengajak seluruh pembaca untuk kembali membuka tirai gelap proses penciptaan Adam dan Hawa yang juga tertuang dalam Al-Qur’an. Dengan harapan tidak bersikap apriori terlebih dahulu terhadap sudut pandang baru (”negatif”) dalam memahami hal ini. Pemahaman akan Al-Qur’an yang kebenarannya tidak diragukan lagi seraya dibuktikan pula dengan penemuan-penemuan ilmiah termuktahir yang selama ini justru diperoleh oleh ilmuwan-ilmuwan non-muslim.
Tidak dapat terelakkan lagi memang, perdebatan sengit seputar asal-usul kehidupan makhluk hidup tidak akan pernah padam sepanjang sejarah manusia masih terus berlangsung. Akan tetapi setidaknya akan terus hanya terdapat dua kelompok besar dalam hal ini. Pertama adalah kelompok agamawan dan yang kedua adalah kelompok ilmuwan. Pada masing-masing kelompok juga tentunya terbagi dalam kelompok-kelompok yang lebih kecil.
Dikalangan umat Islam sendiri misalnya, juga masih belum ada kesepakatan tentang hal ini. Secara umum, kebanyakan umat Islam memiliki pandangan bahwa Allah menciptakan manusia pertama dari tanah dengan mengucapkan “kun“. Maka seketika itu pula terciptalah Adam. Sedangkan Hawa (istrinya) diciptakan dari tulang rusuk dari dirinya yang kemudian diucapkan pula oleh Allah “kun“.
Padahal, hasil penelusuran penulis buku ini, Al-Qur’an tidak pernah menyebut bahwa Adam sebagai manusia pertama dan Hawa manusia kedua yang diciptakan setelah Adam. Banyak ayat dalam Al-Qur’an jutsru memberi indikasi kuat bahwa Adam dan Hawa adalah salah satu dari sekian banyak species manusia yang telah ada pada waktu itu. Misalnya dalam QS. Al-A’Raaf (7) ayat 10-11. begitu pula dalam QS. Ali Imran (3) ayat 33 dan masih banyak lagi dalam beberapa ayat-ayat lainnya.
Dari sini, sesungguhnya para pembaca kembali digugah kekritisannya dan juga dituntut untuk terus mendiskusikan akan asal usul pencipataan manusia sebagaimana Al-Qur’an telah memberikan “sinyal-sinyal” yang tentunya menjadikan penasaran berat. Dan yang menarik, perkembangan ilmu pengetahuan manusia semakin lama semakin mendekati “tirai pembatas” kaburnya sejarah manusia itu sendiri.
Sebagaimana sejarah penciptaan manusia sendiri ternyata telah terekam dalam DNA sebagai penyusun genetikanya. Dari sanalah misteri penciptaan “manusia pertama” akan mulai terbongkar kembali. Dengan kebenaran ayat-ayat Al-Qur’an yang tidak ada keranguan didalamnya serta dukungan hasil penelitian ilmiah termuktahir, manusia bakal bertemu dengan sebuah surprise tentang sejarah “drama superkolosal” di planet biru ini.
Versi Kedua
Catatan dari ‘Eden In The East, The Drowned Continent’ karya Stephen OppenheimerPara ahli sejarah umumnya berpendapat bahwa Asia Tenggara adalah kawasan ‘pinggir’ dalam sejarah peradaban manusia. Dengan kata lain, peradaban Asia Tenggara bisa maju dan berkembang karena imbas-imbas migrasi, perdagangan, dan efek-efek yang disebabkan peradaban lain yang digolongkan lebih maju seperti Cina, India, Mesir, dan lainnya. Buku Eden In The East yang ditulis Oppenheimer seolah mencoba menjungkirbalikkan pendapat meinstream tersebut.
Oppenheimer mengemukakan pendapat bahwa justru peradaban-peradaban maju di dunia merupakan buah karya manusia yang pada mulanya menghuni kawasan yang kini menjadi Indonesia. Oppenheimer tidak main-main dalam mengemukakan pendapat ini. Hipotesisnya disandarkan kepada sejumlah kajian geologi, genetik, linguistik, etnografi, serta arkeologi.Gagasan diaspora manusia dari kawasan Asia Tenggara dicoba untuk direkonstruksi dari peristiwa di akhir zaman es (Last Glacial Maximum) pada sekitar 20.000 tahun yang lalu. Pada saat itu, permukaan laut berada pada ketinggian 150 meter di bawah permukaan laut di zaman sekarang. Kepulauan Indonesia bagian barat, masih menyatu dengan benua Asia sebagai sebuah kawasan daratan maha luas yang disebut Paparan Sunda.
Ketika perlahan-lahan suhu bumi memanas, es di kedua kutub bumi mencair dan menyebabkan naiknya permukaan air laut, sehingga timbul banjir besar. Penelitian oseanografi menunjukan bahwa di Bumi ini pernah tiga kali terjadi banjir besar pada 14.000, 11.000, dan 8.000 tahun yang lalu. Banjir yang terakhir adalah peristiwa yang menyebabkan kenaikan permukaan air laut hingga setinggi 8-11 meter dari tinggi permukaan asalnya. Banjir tersebut mengakibatkan tenggelamnya sebagian besar kawasan Paparan Sunda hingga terpisah-pisah menjadi pulau-pulau yang kini kita kenal sebagai Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan Bali.
Oppenheimer mengemukakan bahwa saat itu, kawasan Paparan Sunda telah dihuni oleh manusia dalam jumlah besar. Karena itulah, menurutnya, hampir semua kebudayaan dunia memiliki tradisi yang mengisahkan cerita banjir besar yang menenggelamkan sebuah daratan. Kisah-kisah semacam banjir Nabi Nuh as, olehnya dianggap sebagai salah satu bentuk transfer informasi antar generasi manusia tentang peristiwa mahadahsyat tersebut.
Menurut Oppenheimer, setelah terjadinya banjir besar tersebut, menusia mulai menyebar ke belahan bumi lainnya. Oppenheimer menyatakan bahwa hipotesisnya ini disokong oleh rekonstruksi persebaran linguistik terbaru yang dikemukakan Johanna Nichols. Nichols memang mencoba mendekonstruksi persebaran bahasa Austronesia. Sebelumnya, Robert Blust (linguis) dan Peter Bellwood (arkeolog) menyatakan bahwa persebaran bahasa-bahasa Austronesi a berasal dari daratan Asia ke Formosa (Taiwan) dan Cina Selatan (Yunnan) sebelum sampai ke Filipina, Indonesia, kepulauan Pasifik dan Madagaskar. Nichols menyatakan konstruksi yang terbalik di mana bahasa-bahasa Austronesia menyebar dari Indonesia-Malaysia ke kawasan-kawasan lainnya dan menjadi induk dari bahasa-bahasa dunia lainnya.
Oppenheimer berkeyakinan bahwa penduduk Malaysia, Sumatera, Jawa, dan Kalimantan dewasa ini adalah keturunan dari para penghuni Paparan Sunda yang tidak hijrah setelah tenggeamnya sebagian kawasan tersebut. Dengan kata lain, ia hendak mengemukakan bahwa persebaran manusia di dunia berasal dari kawasan ini.
Pendapatnya ia perkuat dengan mengemukakan analisa tentang adanya kesamaan benda-benda neolitik di Sumeria dan Asia Tenggara yang diketahui berusia 7.500 tahun. Kemudian ciri fisik pada patung-patung peninggalan zaman Sumeria yang memiliki tipikal wajah lebar (brachycepalis) ala oriental juga memperkuat hipotesis tersebut.
Oppenhimer juga yakin bahwa tokoh dalam kisah Gilgamesh yang dikisahkan sebagai satu-satunya tokoh yang selamat dari banjir besar adalah karakter yang sama dengan Nabi Nuh as dalam kitab Bible dan Qur’an yang tak lain adalah karakter yang berhasil menyelamatkan diri dari banjir besar yang menenggelamkan paparan Sunda. Legenda Babilonia tua mengisahkan pula kedatangan tujuh cendekiawan dari timur yang membawa keterampilan dan pengtahuan baru. Kisah yang sama terdapat pula di dalam India kuno di Hindukush. Varian legenda semacam ini pun ternyata tersebar di kepulauan Nusantara dan Pasifik.
Oppenheimer lebih lanjut mengemukakan bahwa kisah yang serupa dengan kisah penciptaan Adam dan Hawa serta pertikaian Kain dan Abel (Qabil dan Habil) ternyata dapat ditemukan di kawasan Asia Timur dan Kepulauan Pasifik. Misalnya orang Maori di Selandia Baru, menyebut perempuan pertama dengan nama ‘Eeve’. Kemudian di Papua Nugini, kisah yang serupa dengan Kain dan Abel ada dalam wujud Kullabop dan Manip. Tradisi-tradisi di kawasan ini juga mengemukakan bahwa manusia pertama di buat dari tanah lempung yang berwarna merah.
Atas dasar berbagai hipotesis tersebut pula, Oppenheimer meyakini bahwa Taman Eden yang disebut-sebut dalam Bible ada di Paparan Sunda. Berbicara tentang Hipotesis Oppenheimer ini, saya juga jadi teringat salah satu ayat dalam Kitab Genesis yang dengan jelasmenyebut bahwa Eden ada di Timur. Mungkinkah Taman Eden memang berlokasi di Indonesia? Dan Manusia Pertama pun ditempatkan Tuhan di Indonesia.

ASAL PERTAMA MANUSIA

Bendera Cuma Naik Setengah Tiang

DETIK-DETIK PROKLAMASI DI BEBERAPA PROVINSI — PADANG – Peringatan detik-detik Proklamasi, Minggu (17/8) di berbagai wilayah Indonesia berlangsung lancar dan khidmat. Walau demikian, di sejumlah daerah sempat diwarnai insiden kecil dan kesalahan teknis, seperti di Sumbar, Gorontalo, Medan dan Aceh Barat.DIBANTU
Di halaman kantor Gubernur Sumatera Barat, terjadi gangguan saat menaikkan Bendera Merah Putih oleh Pasukan Pengibar Bendera (Paskibra). Begitu lagu Indonesia Raya usai dikumandangkan, ternyata bendera masih setengah tiang, tak bisa naik lagi.
Yang membuat pilu para remaja yang dipercaya menjadi pasukan pengibar bendera (Paskibra) menangis, meraung, bahkan ada yang pingsan. Ini gara-gara PNS yang mengurus tiang bendera tak bekerja maksimal. “Dek apak tu lalai, anak urang nan jadi korban,” kata seorang PNS.
Bendera Merah Putih tasakek di tengah tiang itu, kontan menjadi perhatian para peserta upacara, termasuk panitia dan anggota Paskibra. Bahkan, dua orang senior Paskibra yang bersafari langsung menuju tiang bendera untuk ikut memperbaiki bendera, untuk dikibarkan kembali hingga sempurna.
“Ini adalah kesalahan teknis, bukan kesalahan anak-anak kita. Mereka sudah melaksanakan tugas dengan baik, tapi ini perlu dievaluasi untuk diperbaiki ke depan,” pesan Gubernur Irwan Prayitno usai upacara.
Untuk itu Irwan berharap panitia dan pelatih benar-benar dapat membantu Paskibra untuk mengurangi kesalahan. “Ini kesalahan teknis tiang bendera tidak disiapkan sebaik-baiknya oleh panitia, sehingga ada tali yang terlilit dan mengganggu saat penarikan bendera,” tambahnya.
Sekretaris Daerah Provinsi Sumatera Barat, Ali Asmar meminta kejadian tersebut jangan pula dikait-kait dengan hal yang tidak masuk akal. Apalagi dikaitkan dengan kejadian-kejadian yang di luar kemampaun manusia.
“Ini murni insiden, jangan dikait-kaitkan pula dengan 2015 nanti ya. Sekarang biarkan anak-anak kita itu tenang dulu,” pinta Ali Asmar kepada Singgalang.
Prosesi upacara bendera tersebut semula cukup khidmad. Mulai dari amanat, sampai menyanyikan lagu Indonesia Raya dimulai. Bahkan, salah seorang peserta sempat berucap Alhamdulillah, ketika melihat posisi bendera tepat, merah di atas, putih di bawah. “Alhamdulillah,” desis Nini (45) pegawai Dispora Sumbar.
Namun, petaka itu datang setelah penggerekan bendara dimulai. Semula pasukan yang menggerek bendera sepertinya tidak ada masalah. Hanya saja begitu lagu Indonesia Raya habis dikumandangkan ternyata bendara masih setengah tiang. Kemudian mereka berupaya memperbaiki, dibantu dua senior. Menarik kembali ke bawah diperbaiki, kemudian kembali digerek hingga sempurna. Kejadian itu setidaknya berlangsung hingga 10 menit.
Informasi yang diperoleh dari beberapa senior Paskibra, pasukan mengalami kesulitan untuk menarik bendera sampai ke puncak. Karena tali penariknya terpilin ditiup angin.
Menangis
Usai pasukan dibubarkan, kondisi justru makin panik. Para panitia dan pasukan sontak terisak-isak. Sebagian tak sanggup menahan tangis, hingga pecah. Saling berpelukan, hingga akhirnya mereka menenangkan diri ke escape building kantor gubernur, dan diberikan bantuan perawatan darurat berupa terapi.
Lama juga mereka bersedih. Ada yang tidak sanggup menahan diri. Bahkan, satu siswa pembawa baki malah pingsan, kemudian dilarikan ke rumah sakit.
Seleksi
Siswa yang menjadi Paskibra di Kantor Gubernur Sumbar merupakan pilihan dari kabupaten/kota. Mereka diseleksi dari sekolah-sekolah, kemudian diutus ke provinsi. Setelah dilatih selama 16 hari di provinsi, mereka kemudian bertugas untuk melaksanakan upacara detik-detik Proklamasi 17 Agustus dan upacara penurunan bendera sore harinya.
Pasukan ini terdiri dari 54 orang siswa, ditambah dengan pasukan pengawal sebanyak 45 orang. Pasukan pengawal ini berasal dari TNI dan Polri.
Gorontalo
Insiden saat peringatan detik-detik Proklamasi 17 Agustus 2014 tidak hanya terjadi di Sumatera Barat, tetapi juga di sejumlah daerah, antara lain Gorontalo, Aceh Barat dan Medan. Bahkan di Istana Negara juga diwarnai hampir jatuhnya seorang anggota Paskibraka.
Di Gorontalo, kasusnya sama dengan di Sumbar. Bendera hanya mampu naik setengah tiang saja. Insiden itu terjadi ketika anggota Paskibra yang tengah menaikkan bendera, tak mampu mengantarkan bendera hingga hingga ke puncak tiang di halaman rumah dinas gubernur. Penyebabnya diduga tali bendera yang tersangkut di katrol, sehingga bendera tak mampu dinaikkan.
Melihat situasi tersebut, Paskibra kemudian menurunkan kembali bendera dan melipatnya, agar penghormatan bendera selesai dilakukan. Paskibra kemudian menaikkan bendera yang kedua kalinya dan tak lagi diiringi lagu Indonesia Raya serta tanpa penghormatan.
Upaya kedua pun tetap tidak berhasil, meski Dandim 1304 Gorontalo Letkol Inf. Blasius Popilus turun langsung mendampingi pengibaran bendera.
Sebagaimana dikutip republika.co.id, menghindari tali terputus dan bendera jatuh ke tanah, Paskibra memutuskan menghentikan upaya pengibaran dan membiarkan bendera berkibar setengah tiang.
Atas insiden tersebut, Dandim meminta maaf kepada seluruh pihak yang hadir, serta kepada masyarakat Gorontalo. “Tak ada pihak yang harus disalahkan, sepenuhnya ini adalah kesalahan saya,” ungkapnya.
Gagalnya pengibaran bendera tersebut membuat para anggota Paskibra menangis usai upacara.
“Saya Letkol Infanteri Blasius Popilus Dandim 1304 selaku koordinator lapangan upacara HUT Proklamasi minta maaf atas insiden yang terjadi,” ucapnya dengan penuh tanggung jawab usai upacara.
Ia justru memuji sikap anggota Paskibra yang dengan gagah telah melaksanakan tugas dengan sebaik-baiknya. “Jika ada yang harus disalahkan, maka sayalah orangnya. Saya bertanggung jawab atas insiden ini,” ujarnya dan mendapat tepukan tangan peserta serta undangan yang hadir.
Sementara itu Gubernur Gorontalo Rusli Habibie mengatakan tak ada yang patut disalahkan. “Ini faktor teknis dan alam saja. Saya yakin tidak ada yang menginginkan insiden seperti ini terjadi. Saya juga percaya semua sudah melakukan yang terbaik,” ungkapnya.
Aceh Barat
Insiden hampir sama terjadi pula di Lapangan Teuku Umar, Meulaboh, Aceh Barat, Naggroe Aceh Darussalam. Bendera yang baru dinaikkan setinggi satu meter oleh anggota Paskibra sempat diturunkan kembali hingga dua kali karena tali melilit. Namun, karena tali yang melilit sulit diperbaiki, akhirnya bendera dinaikkan dengan kondisi seperti itu saja.
Bupati Aceh Barat TH Alaidin Syah yang menjadi inspektur upacara, menilai insiden kecil itu merupakan hal yang biasa, hanya kesalahan teknis.
Menurut dia, peristiwa itu tidak mengurangi kekhidmatan upacara peringatan HUT ke-69 Kemerdekaan RI di Bumi Teuku Umar itu. “Itu karena petugasnya tadi gugup. Padahal, kita sudah mempersiapkan latihan Paskibra jauh hari sebelumnya,” kata Alaidin kepada wartawan seusai upacara.
Alaidin yang dikutip Kompas.com mengaku, tidak hanya anggota paskibra yang merasa gugup, dirinya pun merasakan hal serupa.
Kapolres Aceh Barat AKBP Faisal Rivai mengatakan, bendera yang diturunkan hingga dua kali itu bukanlah sebuah insiden, melainkan kesalahan teknis yang dialami paskibra. “Kalau insiden itu, bendera putus atau sobek sehingga bendera tidak berhasil dikibarkan,” katanya.
Kendati demikian, Faisal berharap peristiwa ini menjadi catatan dan pembelajaran bagi Paskibra ke depan agar kejadian serupa tidak terulang.
Medan
Beda dengan di Sumbar, Gorontalo dan Aceh Barat, upacara peringatan detik-detik Proklamasi kemarin diwarnai dengan terlepasnya rok seorang anggota Paskibra di Lapangan Merdeka Medan. Insiden itu terjadi setelah tim Paskibra akan kembali ke posisi awal di sisi kanan pendopo.
Terlihat secara jelas rok perempuan tersebut nyaris lepas. Siswi yang diketahui bernama Dhea S Siregar asal Kabupaten Serdangbedagai ini terus memegang rok sambil berjalan agar tak terus melorot. Namun stocking berwarna putih yang ia kenakan sudah terlihat secara jelas.
Seorang ibu yang menonton proses upacara pengibaran bendera tersebut mengaku bingung mengapa hal tersebut bisa terjadi. “Kok bisa ya,” ujarnya heran, kepada Tribun Medan, kemarin.
Walaupun peristiwa tersebut cukup membuat heboh masyarakat, namun menurut wanita yang membawa serta keluarganya tersebut mengaku hal itu bisa saja terjadi. “Namanya juga lagi nahas. Tapi aku pun tak tau kok bisa kaya gitu,” ujar wanita yang sebelumnya ikut berebutan dengan warga untuk menyalami Gubernur Sumut, Gatot Purwo Nugroho.

PENGIBARAN SANG MERAH PUTIH

Sejarah Pasaman

Pasaman terbagi menjadi 2 yaitu Pasaman Barat Dan Pasaman Timur
nah inilah sejarah singkatnya Pasaman,

Kabupaten Pasaman adalah salah satu kabupaten di provinsi Sumatera Barat, Indonesia. Ib kota kabupaten ini terletak di Lubuk Sikaping. Kabupaten ini memiliki luas wilayah 3.947,23 km² dan berpenduduk sebanyak 252.981 jiwa menurut sensus penduduk tahun 2010.
Seperti wilayah Indonesia lainnya, Sumatera Barat, khususnya Pasaman pernah dikuasai oleh kolonial Belanda. Perang melawan penjajahan Belanda di Pasaman dipimpin oleh Tuanku Imam Bonjol yang dikenal dengan Perang Paderi (1821-1830). Karena terlalu banyak permasalahan di kubu Tuanku Imam Bonjol menyebabkan beliau dan pengikutnya mengalami kekalahan melawan Belanda.
Sumber pendapatan utama kabupaten Pasaman berasal dari subsektor tanaman pangan. Mesti demikian, Kabupaten Pasaman lebih dikenal karena produksi kelapa sawitnya. Pada tahun 2000, produksi kelapa sawit di kabupaten Pasaman tercatat sebanyak 788.446 ton. Jumlah tersebut dipanen dari areal seluas 78.387 hektare. Di samping kelapa sawit, kabupaten Pasaman juga dikenal akan produksi minyak nilamnya. Minyak nilam yang dihasilkan Pasaman, selain yang dihasilkan Kepulauan Mentawai, merupakan yang terbaik di dunia.


Pada Zaman kolonial Belanda kabupaten  pasaman termasuk afdeling Agam, afdelling ini di kepalai oleh Asisten Residen pada zaman Belanda Dahulunya yaitu afdelling Agam, nah afdelling Agam ini di bagi lagi menjadi 4 onder afdelling yaitu:
  1. Agam Tuo 
  2. Maninjau 
  3. Lubuk Sikaping 
  4. Ohpir
Setiap onder afdeling dikepalai oleh seorang Contreleur, setiap contreleur dibagi lagi menjadi Distrik. Tiap Distrik dikepalai oleh seorang Demang (Kepala Pemerintahan), setiap Distrik dibagi lagi menjadi Onder Distrik (Asisten Demang). Onder Afdeling Lubuk Sikaping terdiri dari Distrik Lubuk Sikaping dan Distrik Rao. Onder Afdeling Ophir terdiri dari Distrik Talu dan Distrik Air Bangis.

* Distrik Lubuk Sikaping terdiri dari
  • Onder Distrik Lubuk Sikaping
  • Onder Distrik Bonjol
* Distrik Rao Mapat Tunggul terdiri dari
  • Onder Distrik Rao
  • Onder Distrik Silayang
* Distrik Talu terdiri dari
  • Onder Distrik Talu
  • Onder Distrik Suka Menanti
* Distrik Air Bangis terdiri dari
  • Onder Distrik Air Bangis
  • Onder Distrik Ujung Gading
Sesudah kemerdekaan Onder Afdeling Agam Tuo dan Maninjau digabung menjadi Kabupaten Agam dan Onder Afdeling Lubuk Sikaping dan Ophir dijadikan satu susunan pemerintahan menjadi Kabupaten Pasaman dengan dibagi menjadi 3 Kewedanaan yaitu :
  1. Kewedanaan Lubuk Sikaping
  2. Kewedanaan Talu
  3. Kewedanaan Air Bangis
dengan pusat pemerintahan Kabupaten Pasaman di Talu. Pada Agustus 1947 sewaktu Basyrah Lubis menjadi Bupati maka ibu kota Kabupaten Pasaman dipindahkan ke Lubuk Sikaping.
Untuk mewujudkan aspirasi masyarakat dalam percepatan pelayanan pemerintahan, maka wilayah administrasi pemerintahan Kabupaten Pasaman dimekarkan menjadi 2 (dua) wilayah pemerintahan kabupaten yang ditetapkan dengan Undang-Undang No: 36 Tahun 2003, yaitu Kabupaten Pasaman dan Kabupaten Pasaman Barat.


Hari Jadi Pasaman

Melihat dari perkembangan pembentukan Kabupaten Pasaman dari zaman Belanda hingga zaman Kemerdekaan, maka dibentuk suatu Tim untuk merumuskan hari jadi Kabupaten Pasaman. Dengan mengacu pada perkembangan sejarah, dalam menjalankan roda pemerintahan, pernah dikeluarkan keputusan Residen Sumatera Barat No. R.I/I tanggal 8 Oktober 1945 menetapkan sebagai berikut :
- Luhak Kecil Talu : Abdul Rahman gelar Sutan Larangan.
Mengacu pada keputusan tersebut, Tim yang dibentuk merumuskan dan DPRD Kabupaten Pasaman mengeluarkan keputusan No.11 /KPTS /DPR/PAS/ 1992 tanggal 22 Pebruari 1992 dilanjutkan surat keputusan Bupati Kabupaten Pasaman no. 188.45/81/BUPAS/1992 tanggal 26 Pebruari 1992 ditetapkanlah hari jadi Kabupaten Pasaman pada tanggal 8 Oktober 1945.

Sejarah Pasaman

18 AGUSTUS 2014

- Mensetting Ip Addres di HUMAS

18 AGUSTUS 2014

15 AGUSTUS 2014

- Mencek jaringan di Perpustakaan Daerah.
- Memasang Swich di Dinas Perizinan.

15 AGUSTUS 2014

14 AGUSTUS 2014

- Mencek jaringan di ruangan SEKDA.
- Mencek jaringan di kantor SDM.

14 AGUSTUS 2014

13 AGUSTUS 2014

 - Memasang jaringan dan swich di kantor Dispora

13 AGUSTUS 2014

12 AGUSTUS 2014

 - Mencek jaringan di HUMAS
 - Memperbaiki jaringan di Dinas Sosial Dan Tenaga Kerja

12 AGUSTUS 2014

07 AGUSTUS 2014

- Mencek jaringan di ruangan Sekda
- Menginstall laptop wartawan

07 AGUSTUS 2014

- Copyright © 2013 DWI PUTRI ARI - Devil Survivor 2 - Powered by Blogger - Designed by Johanes Djogan -